Tak kenal, maka tak tahu. Mari mengenal Kayu.
Menoro (02/02), Kapal nelayan merupakan kapal yang berbahan kayu untuk membantu nelayan menangkap ikan dan atau mengolah hasil tangkapan. Di desa Menoro, terdapat banyak hutan kayu, utamanya kayu jati. Hal ini membuat Ir. Imam Pujo Mulyatno, M.T., AMRINA selaku dosen dari Teknik Perkapalan melakukan pengenalan material kayu sebagai bahan dasar kapal nelayan.
Kegiatan bertema “Sosialisasi tentang Pengenalan Kayu Untuk Material Kapal Nelayan” dilaksanakan di Balai Desa Menoro pada tanggal 02 Februari 2020. Sosialisasi ini ditujukan kepada masyarakat desa Menoro agar mengetahui jenis kayu yang dapat digunakan serta proses pembuatan kapal nelayan. Kegiatan dimulai dengan pembukaan dan sambutan oleh Arif Budi selaku Koordinator Desa Menoro KKN TIM I Universitas Diponegoro. Ir. Imam Pujo Mulyatno, M.T., AMRINA memberikan sambutan serta memberi pengenalan kapal secara umum.
Kapal terdiri dari 3 jenis, kapal barang, kapal penumpang serta kapal perang. Dari 3 jenis kapal tersebut, terbagi lagi menjadi beberapa macam kapal. Kapal nelayan merupakan kapal barang, karena mengangkut serta membantu para nelayan dalam menangkap ikan. Di Indonesia, kapal nelayan menggunakan material kayu. Berbeda dengan negara-negara maju di dunia, mereka menggunakan fiber glass sebagai material kapal nelayan.
Arif Budi selaku pembicara kedua menyampaikan jenis-jenis kayu yang dapat digunakan sebagai material kapal nelayan. Ada 5 jenis kayu, yaitu kayu kempas, kayu ketapang, kayu merbau, kayu jati, dan kayu mahoni. Jenis-jenis kayu tersebut mempunyai kriteria kelas awet dan kelas kuat, yang masing-masing terbagi menjadi 5 kelas, kelas I, II, III, IV, dan V. Kelas awet merupakan kondisi serta perlakuan terhadap kayu tersebut dan tahan hingga berapa lama. Dengan kondisi kayu selalu dibawah atap dan dipelihara dengan baik, dicat dsb, kayu kelas awet I memiliki awet yang tak terbatas waktunya, salah satunya adalah kayu Jati. Kelas kuat merupakan kriteria kekuatan yang dapat ditahan oleh kayu. Untuk kayu kelas kuat I, dapat menahan beban seberat lebih dari 1100 kg per cm2, yaitu kayu merbau. Selain itu, dijelaskan juga proses pembuatan kapal nelayan, mulai dari peletakan lunas, pembuatan kulit lambung, hingga yang terakhir proses pengecatan sebelum kapal launching.
Kegiatan disambut positif oleh warga desa Menoro. Peserta dengan antusias memperhatikan materi dari awal hingga akhir. Di akhir acara, dilakukan foto bersama.
editor : Imam Pujo M.