PENINGKATAN NILAI EKONOMIS PADA PRODUK KERIPIK GADUNG

SEMARANG-Tanaman gadung banyak di jumpai disekitaran Ungaran, Kabupaten Semarang. Selama ini tidak banyak yang menanfaatkan untuk makanan karena banyak mengandung sianida dan dioskorin yang kadang dapat meracuni atau orang Jawa menyebut mendem gadung. Untuk meningkatkan manfaat gadung peneliti Universitas Diponegoro memberikan pendampingan pada pengrajin keripik di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang untuk bisa memanfaatkan gadung diolah menjadi keripik.

“Untuk mengurangi kandungan racun dalam gadung dapat dengan cara menaburkan abu dan mendiamkannya beberapa hari lalu dikeringkan dibawah terik matahari,” ujar Dr. Ir. Indro Sumantri, M.Eng, Ketua tim Pelaksana Kegiatan Pengabdian Masyarakat dosen Undip melalui Program PKM – RISTEKDIKTI 2019 di Semarang, Kamis 19 September 2019.

Selain Indro Sumantri pengabdian dosen ini juga dibantu Ir. Kiryanto, M.T  dan Dr. Ir. Nurwantoro, M.S seluruhnya dari Univeritas Diponegoro Semarang.

Proses pembuatan, gadung dikupas, dan di potong tipis-tipis sesuai selera, kemudian di tiriskan menggunakan alat potong Untuk menghilangkan racun yang terdapat di ubi gadung, taburkan abu di tirisan secara merata. Setelah itu, ubi di letakan disebuah wadah dan di press kemudian di diamkan selama satu hari satu malam. Kemudian ubi gadung dikeringkan atau di jemur Setelah kering ubi gadung di bersikan menggunakan air, untuk menghilangkan abu yang menempel Keringkan kembali ubi gadung dengan cara di jemur di terik matahari, apabila cuaca tidak mendukung pengeringan bisa juga menggunakan open. Setelah kering ubi gadung siap di goreng dan di olah menjadi keripik aneka rasa. 

Untuk menunjang proses pengolahan ubi gadung menjadi keripik gadung aneka rasa, dari tim juga memberikan peralatan penunjang kepada kelompok pengrajin keripik gadung “Kelompok Baekah” diantaranya : bak ember, serokan, wajan, alat pres, mesin potong, open dll. Terakhir, tim ini juga membantu masyarakat dalam memperluas pasar penjualan keripik gadung dengan penjualan online, memasuki berbagai tempat wisata lokal di semarang serta ikut bergabung dalam pusat oleh-oleh, sehingga diharapkan produk Keripik Gadung dari kelompok pengrajin desa Nyatnyono akan lebih dikenal oleh masyarakat.

Selain itu juga dilakukan pendampingan dengan peningkatan nilai jual dan pemasaran. Diantaranya dengan memberikan rasa yang digemari oleh masyarakat seperti rasa balado, jagung bakar, keju dan original. “Serta ditambah sedikit modifikasi pada kemasan produk dengan mengganti kemasan yang sebelumnya hanya plastik saja menjadi kemasan yang lebih modern yaitu Standing Pouch dan penambahan merk dagang sehingga tampilan luar produk terlihat semakin menarik pembeli,” katanya.