Bahaya Bencana Longsor Yang Berada dan Peningkatan Kesadaran Masyarakat Mengenai Kesehatan Masa Pandemi Ini Di Desa Jabungan, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang

Baskoro Raya (15/7) – Kegiatan KKN ini ini telah dilaksanakan sejak hari Minggu, 05 Juli 2020 dan untuk pada saat ini telah berlangsung selama 2 minggu. Tema KKN untuk tahun ini berkaitan yaitu “Pemberdayaan Masyarakat di Tengah Pandemi COVID-19 Berbasis Pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s)”. Sesuai dengan tema tersebut telah dibuat dua (2) program yang bermanfaat untuk masyarakat. Untuk program yang dibuat tersebut berupa : 1) Pembuatan peta rawan bencana longsor dan 2) Pembuatan plang dari kayu yang berkaitan dengan COVID-19. Kedua program ini akan di Desa Jabungan, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Selama dua minggu telah berjalannya KKN tersebut, telah dilakukan kegiatan perijinan lokasi kepada Lurah Jabungan dan melakukan survei kepada beberapa lokasi yang menjadi titik rawan bencana longsor, juga survei lokasi untuk pemasangan dari plang tersebut.

Pada hari Senin, 06 Juli 2020 – Rabu, 08 Juli 2020 dilakukan perijinan lokasi kepada Lurah Jabungan, hal ini dilakukan untuk menginformasikan adanya kegiatan KKN yang dilakukan di Desa Jabungan. Selama 3 hari tersebut, perijinan lokasi tersebut telah diterima oleh pihak Lurah Jabungan, dan diperbolehkan untuk melakukan aktivitas kegiatan KKN di desa tersebut.


Gambar 1. Perijinan Lokasi Dengan Lurah Jabungan

Untuk hari selanjutnya sampai tanggal 17 Juli 2020 dilakukan survei lokasi yang menjadi titik rawan bencana longsor dan pemasangan plang tersebut. Berdasarkan survei tersebut diketahui faktor penyebab Desa Jabungan tersebut menjadi rawan longsor. Faktornya seperti keterdapatan litologi berupa lempung, curah hujan, memiliki bentuk lahan yang bergelombang.

Berdasarkan penuturan dari Lurah dan warga Desa Jabungan, mengungkapkan terjadinya longsor biasanya pada musim penghujan. Hal ini terkait dengan faktor lain, dimana lempung akan menjadi licin seperti lumpur ketika dikenai oleh air hujan dan bentuk lahan yang bergelombang tersebut membuat tanah yang berada diatas lempung tersebut menjadi tergelincir yang dikenal menjadi tanah longsor. Dalam survei ini dapat diamati kenampakan dari tebing –  tebing yang menjadi titik rawan bencana longsor.

Gambar 2. Tebing yang menjadi titik rawan bencana longsor

Dampak dari tanah longsor ini sangat dirasakan oleh warga disana, hal ini dikarenakan banyak bangunan yang rusak. Lurah Jabungan, Abdul Mukti. SE mengungkapkan bahwa daerah tersebut memiliki tanah mudah bergerak dan banyak rumah warga yang rusak bahkan fasilitas warga juga rusak seperti sekolah dan jembatan. Selain itu beliau mengungkapkan pada musim penghujan sering terjadi rusak tanggul warga, sehingga air sungai tersebut meluap dan merusak pemukiman warga.

Gambar 3. Bangunan Sekolah Yang Rusak Akibar Pergerakan Tanah

Berdasarkan peta ini diharapkan warga memiliki pengetahuan informasi titik yang menjadi daerah rawan longsor, sehingga dapat mengantisipasi dari awal ketika ingin membangun sesuatu di daerah yang rawan longsor tersebut. Selain survei kepada daerah lokasi yang menjadi titik rawan bencana longsor, juga dilakukan survei bahan dan peralatan untuk pembuatan plang dan lokasi pemasangannya. Untuk pemasangan plang tersebut, Pak Lurah meminta dilakukan di RW 01, karena lokasi tersebut telah menjadi daerah percontohan bagi daerah sekitarnya. Dan pada rw 01 tersebut telah dikembangkan UMKM dan diharapkan menjadi daerah yang sadar akan bahaya pandemi ini dengan menggunakan protokol kesehatan. Dengan adanya plang tersebut dapat memperindah lokasi tersebut dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk hidup yang lebih sehat.

Penulis : Rinaldi Sinuhaji

#kkntimiiperiode2020 #p2kknundip #lppmundip #undip