Mahasiswa UNDIP Menggali Harta Karun Bersama Warga Di Tengah Pandemi Corona

proses panen kunyit

SEMARANG, (19/07/2020) Masa pandemi covid19 mulai menyerang Indonesia sejak beberapa bulan yang lalu di tahun 2020 ini. Universitas Diponegoro selaku lembaga pendidikan tinggi ikut berpartisipasi dalam rangka pencegahan maupun penanganan masalah ini. Salah satunya dilaksanakannya Kuliah Kerja Nyata Tim II untuk terjun bersama masyarakat mengabdi dan menerapkan keterampilan ilmu yang dimiliki. Pada kali ini KKN Tim II UNDIP mengusung tema “Pemberdayaan Masyarakat Di Tengah Pandemi Covid 19 Berbasis pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan” (SDGs).

Berbagai dampak muncul karena adanya pandemi covid 19, hal ini terjadi karena adanya pembatasan ruang gerak yang membuat para pelaku usaha harus memutar pikiran berkali-kali supaya bisa menghasilkan walaupun dengan pendapatan yang tidak seberapa. Oleh karena itu, adanya KKN ini mendorong mahasiswa untuk mencari dan menemukan potensi-potensi yang dapat dikembangkan untuk sebuah tujuan yang berkelanjutan.

Kelurahan Bulusan, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah yang tepatnya terletak di Rt.02/ Rw.02, menyimpan potensi yang masih sangat memungkinkan untuk membangkitkan kembali perekonomian masyarakat khususnya yang menengah kebawah. Potensi yang cukup baik untuk dikembangkan adalah dari sektor hasil pertanian seperti kunyit, temulawal, kencur, cabai, dan singkong.

hasil panen kunyit dan temulawak

Di masa pandemi seperti ini masyarakat seharusnya sudah harus sadar dengan kesehatan dan kebersihan. Daya tahan tubuh menjadi hal yang utama untuk menunjang kehidupan supaya terhindar dari serangan penyakit yang sedang melanda ribuan orang di negeri ini. Salah seorang warga pemilik kebun belakang lahan miliknya, bersama mahasiswa menggali potensi besar dengan memanfaatkan hasil tani sebagai obat pencegah serta penambah imunitas tubuh dengan menjual empon-empon.

Mbah Tasminah pemilik kebun

Diketahui Mbah Tasminah (80 tahun) memulai usaha ini sejak puluhan tahun lamanya dan berhasil menjadi salah satu pemasok empon-empon yang cukup sukses pada masanya. Mahasiswa membantu Mbah Tasminah untuk melakukan panen di ladang miliknya dengan hasil panen yang cukup melimpah yakni berkisar 40-5o kg kunyit dan temulawak. Biasanya Mbah Tasminah akan menjualnya ke pasar atau pun sudah berlangganan dengan seorang tengkulak untuk dijual secara kering maupun basah.

Harga untuk hasil yang terbilang tanpa proses pengeringan hanya berkisar 15,000/kg nya sementara untuk hasil yang sudah dikeringkan berkisar 20,000/kg nya. Dengan hasil ini sudah seharusnya usaha kecil seperti ini harus terus berkembang.

kunyit yang akan dijemur

Mbah Tasminah mengatakan permintaan empon-empon di masa pandemi seperti ini cukup meningkat karena kebutuhan pokok untuk bumbu dan juga diselingi dengan penambahan untuk obat imunitas tubuh. Mbah Tasminah akan menjual kunyit, temulawak serta kencur dengan metode pengeringan terlebih dahulu agar mendapat hasil yang lebih tinggi

kunyit yang sudah kering

Kami mengajak beberapa warga lain untuk bergabung dalam UMKM empon-empon yang tentunya bisa divariasikan dengan produk yang lain tentunya, semisal membuat minuman herbal dengan bahan dari hasil panen mandiri dan juga bisa untuk dijual nya di sekitar wilayah temat tinggal Mbah Tasminah.

Harapannya dengan berkembangnya UMKM kecil seperti ini, maka ekonomi mikro akan tetap bertahan di masa pandemi ini.

Oleh : Yudha Hardianto (FPIK/Akuakultur/Undip)

NIM : 26020117120031

Editor : Daud Samsudewa, S.Pt., M.Si., Ph.D

#undip #lppmundip #p2kknundip #kkntimiiundip #kknundip2020