Dibuang salah, digunakan berkali-kali membawa musibah. Ternyata Minyak Jelantah Punya Nilai Ekonomis, Lho!

Bekasi (21/7) – Di tengah pandemi Covid-19 yang mewabah sejak awal tahun 2020, mengguncang banyak sektor kehidupan masyarakat di Indonesia. Salah satunya adalah sektor pendidikan yang menuntut para siswa untuk belajar secara online. Turut serta mencegah penyebaran virus ini, terhitung sejak awal Maret, Universitas Diponegoro ‘merumahkan’ mahasiswa/i nya. Hal ini juga berdampak pada kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) atau pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan di kampung halaman masing-masing secara individu.

Setelah melakukan observasi kebiasaan masyarakat di RW 018, 80% ibu rumah tangga mengaku lebih suka memasak dengan teknik menggoreng. Salah satu ibu bahkan merasa lebih menikmati makanan yang digoreng dengan minyak yang cukup banyak karena akan menghasilkan makanan dengan sensasi ‘kriuk’ yang menambah nafsu makan. Tidak terelakkan bahwa memasak dengan minyak goreng dapat memunculkan permasalahan limbah.

Sangat disayangkan bahwa setiap minyak goreng bekas atau yang akrab disebut Minyak Jelantah ini sering terbuang percuma. Melihat permasalahan ini, Nadhira Ramadhani Mahasiswa KKN Tim II Universitas Diponegoro pun berupaya agar limbah minyak jelantah dapat dimanfaatkan oleh masyarakat menjadi produk lain. Minyak jelantah dari tiap rumah warga dikumpulkan sebagai gerakan ‘donasi’ sehingga diharapkan bisa menjadi kegiatan yang bermanfaat dan berkelanjutan. Salah satu pemanfaatan limbah ini adalah dengan menyulap minyak jelantah menjadi sabun multifungsi.

Produk Sabun Zero-Waste dari Minyak Jelantah

Dari segi pengolahan, minyak jelantah hanya perlu menggunakan basa yang banyak ditemukan di masyarakat seperti soda api (NaOH). Namun sebelum dicampur dengan soda api, minyak jelantah wajib dijernihkan kembali dengan direndam menggunakan arang selama satu malam. Pembuatan sabun yang hanya memakan waktu kurang dari 30 menit, tetapi harus dilakukan proses purifikasi selama tiga sampai empat pekan hingga siap digunakan.

Karena belum diuji secara klinis sehingga belum diketahui higienitasnya, sampai saat ini sabun hanya mampu digunakan pada kain kotor. Namun efeknya sudah mampu membersihkan kain dengan hasil yang baik. Selain bersih, sabun juga memiliki aroma yang sedap karena pada pembuatan menggunakan fragrance oil.

Hal ini disambut baik oleh Ketua RW 018 Kelurahan Cimuning Kecamatan Mustika Jaya Kota Bekasi, karena pemanfaatan ini selain mampu mengurangi pencemaran limbah cair dan seiring berjalannya waktu dapat menjadi peluang usaha kecil untuk ibu-ibu rumah tangga ditengah pandemi Covid-19 sehingga diharapkan bisa membantu perekonomian keluarga yang kurang stabil beberapa waktu belakangan.

Author : Nadhira Ramandhani

Editor : Rudy Hartanto (DPL KKN)