Tingkatkan Minat Panganan Lokal Melalui Bazaar Desa
Panganan lokal menjadi salah satu makanan legendaris bagi sebagian masyarakat. Selain harganya yang mudah terjangkau, citarasanya yang khas membuat kesan tersendiri bagi pemburu kuliner. Namun, di era modernisasi saat ini, banyak masyarakat yang mulai meninggalkan makanan berlabel lokal tersebut. Bahkan masyarakat rela membayar lebih demi makanan ala luar negeri. Perlu disadari bahwa tak selamanya makanan berharga ‘selangit’ memiliki kandungan gizi yang baik bagi tubuh, salah satu contohnya adalah junk food yang sayangnya masih digandrungi oleh mayoritas masyarakat. Ditambah dengan gengsi sosial masyarakat yang memiliki persepsi bahwa makanan lokal adalah makanan wong ndeso, membuat makanan ini semakin miris keberadaannya. Padahal makanan lokal tak selalu identik dengan makanan orang desa, justru makanan lokal sesungguhnya memiliki nilai gizi serta citarasa yang khas bila dibandingkan dengan makanan olahan serba luar negeri.
Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk memperkenalkan makanan lokal dengan harapan masyarakat dapat mengenal sekaligus mulai membudayakan konsumsi makanan lokal dibandingkan dengan junk food. Tim KKN Tematik Posdaya 1 Undip Desa Tlompakan bekerja sama dengan ibu-ibu PKK RW 04 kemudian berinisiatif untuk menggelar bazaar seiring dengan adanya problematika tersebut. Olahan pangan yang telah dibuat oleh warga setempat kemudian dijajakan sebagai barang dagangan dalam bazaar tersebut. Adapun panganan lokal tersebut meliputi kripik talas, kripik pisang, bothok sayur, oseng kangkung, serta abon lele. Bazaar kemudian diselenggarakan pada hari Sabtu, 21 Mei 2016, bertepatan dengan pertemuan ibu-ibu RW 04 Desa Tlompakan, berlokasi di TPA Al-Hikmah Dusun Krajan Barat.
Untuk menambah variasi komoditas bazaar, ibu-ibu PKK juga menyelenggarakan sembako murah diantaranya mie instan, gula, dan minyak goreng. Dengan harga terjangkau, ibu-ibu dapat membeli sembako tanpa harus bersusah payah pergi ke pasar, sebab pasar terdekat dari desa Tlompakan yaitu pasar Bringin yang berjarak 4 kilometer. Antusiasme warga juga terlihat dengan adanya transaksi jual beli selama bazaar diselenggarakan. Harga olahan panganan lokal yang dijual berkisar antara Rp 3.500,00 hingga Rp 20.000,00. Di lain pihak, keuntungan yang diperoleh dari penjualan barang pada bazaar tersebut akan dimasukkan ke dalam uang kas warung Posdaya Tunas Manunggal, dimana warung Posdaya tersebut nantinya menjadi rintisan koperasi Posdaya. Kas tersebut akan dikelola oleh pengurus warung Posdaya supaya kegiatan yang berkaitan dengan Posdaya Tunas Manunggal memiliki anggaran dana tersendiri. Kedepannya, kegiatan bazaar akan dilaksanakan secara rutin sebagai pemasukan bagi kas warung Posdaya. Selain itu, bazaar tersebut diharapkan dapat meningkatkan minat warga terhadap panganan lokal sekaligus memberdayakan kreatifitas masyarakat dalam mengolah bahan baku setempat untuk mengolah panganan yang sehat dan bergizi tinggi.