YUK, GANTI MAKANAN INSTANT DENGAN MAKANAN INI SAAT PANDEMI

Jakarta Pusat (22/07/2020), Penerapan PSBB yang sudah berlangsung cukup lama menyebabkan berbagai macam permasalahan muncul. Permasalahan tersebut tersebar dalam berbagai macam sector seperti perekonomian, kesehatan, kebersihan, bahkan keamanan. Bahkan dalam masa penerapan PSBB transisi yang sudah berlangsung beberapa lama ini, permasalahan tersebut tak kunjung reda. Hal ini juga dialami oleh warga RT 014 / RW 003 Kelurahan Kartini, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat. 

Kelurahan Kartini merupakan salah satu dari lima kelurahan di Kecamatan Sawah Besar yang memiliki 6869 Kartu Keluarga Laki-laki dan 2765 Kartu Keluarga Perempuan (2014). Hal ini menandakan bahwa kelurahan Kartini memiliki sangat banyak penduduk meskipun dalam luas wilayah yang tidak terlalu besar. Setelah dilakukan penelusuran, ditemukan bahwa banyak keluarga yang tinggal dirumah kost sehingga meskipun memiliki luas daerah yang tidak terlalu besar, Kelurahan ini sangat padat penduduk. RT 14 / RW 03 merupakan salah satu daerah padat penduduk di Kelurahan ini. RW 03 juga merupakan wilayah yang harus diperhatikan akibat adanya warga yang diketahui positif COVID-19. Wilayah ini juga merupakan wilayah yang tinggi akan keberadaan anak-anak (dibawah 10 tahun). Oleh karena itu, wilayah ini dijadikan lokasi utama bagi Mahasiswa UNDIP untuk melaksanakan KKN. Meskipun pemberdayaan masyarakat difokuskan pada RT 14 / RW 03, namun tidak menutup kemungkinan bahwa program akan diusahakan dapat menjangkau masyarakat lebih luas lagi.

Peta Lokasi RT 014 / RW 03 Kelurahan Kartini, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat (Sumber: Google Earth, 2020)

Berdasarkan survei permasalahan secara daring yang dilakukan penulis selama empat hari (07 Juli – 10 Juli 2020) terhadap 56 responden di RT 014 / RW 003 Kelurahan Kartini ditemukan bahwa sebagian besar warga mengkhawatirkan Bantuan Sosial Pemerintah yang dirasa kurang terbagi dengan rata. Selanjutnya terdapat permasalahan tentang sampah, sekolah dan Pendidikan, serta kebutuhan pangan dengan gizi baik. Berkaca dari hal tersebut, penulis mencoba memberikan solusi bagi permasalahan yang ada, khususnya dalam hal penanganan gizi. 

Sosialisasi terkait survei online dan keadaan sekitar lokasi (Sumber: Doc Pribadi)
Sampah dan Bantuan Sosial Pemerintah merupakan salah dua permasalahan di lokasi (Sumber: Doc Pribadi)

Penanganan gizi adalah salah satu hal yang wajib untuk di perhatikan mengingat Indonesia merupakan negara dengan struktur penduduk expansive yang artinya jumlah penduduk berusia muda lebih dominan dibandingkan dengan penduduk lanjut usia. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk memperhatikan kecukupan gizi ditengah masyarakat. Hal ini terutama harus diperhatikan pada saat pandemic COVID-19 berlangsung. Kebutuhan gizi yang memadai akan merangsang organ tubuh untuk bekerja secara maksimal sehingga system imun didalam tubuh akan semakin kuat. Kuatnya system imun ini kemudian akan membuat tubuh mampu melawan virus ataupun bakteri jahat yang masuk ke dalam tubuh. 

Kurangnya kecukupan gizi saat masa PSBB disinyalir akibat dari kurangnya minat masyarakat untuk berbelanja bahan makanan. Masyarakat cenderung menghindari pasar tradisional. Hal ini merupakan hal yang wajar mengingat bahwa banyak pasar tradisional kurang memiliki pengamanan yang tepat terkait penularan virus. Pasar tradisional bahkan merupakan salah satu wilayah penularan virus yang harus diperhitungkan. Kurangnya minat masyarakat untuk berbelanja dipasar ini menyebabkan masyarakat lebih memilih berbelanja makanan instant di pasar swalayan. Makanan instant yang banyak dikonsumsi antara lain seperti mie instant, ikan kaleng atau daging kalengan. 

Sepinya pasar tradisional setempat (Sumber: Doc Pribadi)

Makanan instant memang merupakan pilihan yang tepat jika dilihat dari lama waktu penyimpanan. Jenis makanan siap saji ini dapat disimpan dalam jangka waktu yang panjang sehingga masyarakat tidak harus keluar rumah setiap harinya untuk mencukupi kebutuhan pangan mereka. Namun, apakah gizi dalam makanan instant tersebut dapat mencukup kebutuhan gizi harian, khususnya bagi pertumbuhan anak? Jawabannya adalah tidak. Michelle Lau yang merupakan seorang ahli makanan sekaligus pendiri perusahaan konsultasi nutrisi dan komunikasi yang berbasis di Hong Kong, Nutrilicious, menyatakan bahwa mie instant merupakan makanan yang kosong kalori dan memberi sedikit manfaat gizi, atau bahkan tidak sama sekali.

Keprihatinan ini mendorong penulis, yang merupakan Mahasiswa Universitas Diponegoro jurusan Ilmu Kelautan membuat sebuah program pedoman pembuatan makanan yang bernutrisi dari hasil laut dan dapat disimpan dalam jangka waktu lama sebagai pengganti makanan instant yang kurang bergizi. Hasil laut seperti ikan, udang, kepiting, dan cumi memiliki banyak gizi seimbang yang dapat mendorong pertumbuhan fisik dan juga otak anak. Selain itu, makanan laut ini dapat pula mencukupi kebutuhan gizi bagi orang dewasa dan lansia. Manfaat dan nutrisi pada ikan, cumi, udang, dan kepiting selengkapnya dapat dilihat pada infografis dibawah ini:

Kandungan gizi pada berbagai macam makanan laut (Sumber: Doc Pribadi)

Hasil laut tersebut dapat diolah menjadi makanan yang bernutrisi dengan cita rasa yang digemari oleh seluruh masyarakat, salah satunya dalam bentuk Nugget dan Abon. Udang dan Cumi dicampur dengan sayuran dan dibuat dalam bentuk nugget tentunya akan menggugah selera anak untuk menikmati makanannya. Abon ikan juga dapat digunakan sebagai pelengkap dalam makanan sehari-hari. Kedua jenis makanan ini dapat disimpan dalam waktu yang lama, sehingga kekhawatiran untuk selalu pergi ke pasar guna menyantap seafood tidak perlu dihiraukan. Yuk simak tutorial pembuatan Seafood Mix Vegetables Nugget dan Abon Ikan pada video berikut ini:

Penulis: Vincentia Robin, Mahasiswa jurusan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang

Editor: Yanuar Yoga Prasetyawan, M.Hum.