#XPotret Gap Akses Online “Belajar Di Rumah” di Dusun Kepundung, Kabupaten SemarangX-30-B-1#

Dua anak dari Dusun Kepundung sedang mengobrol di depan “gubug” mainan mereka saat jam pelajaran sekolah

KEPUNDUNG, SURUH – Pandemik COVID-19 telah berdampak pada sistem pendidikan di Indonesia. Dampak tersebut dirasakan dari jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Pembelajaran secara daring dapat berjalan dengan baik bagi mereka yang memiliki orang tua dengan SDM dan fasilitas yang memadai. Namun, sebagian orang, hal tersebut sulit dirasakan karena sumber daya yang kurang memadai.

Sekitar 25 juta anak sekolah dasar di Indonesia kini belajar di bawah ancaman pandemik COVID-19. Seperti yang dilakukan banyak negara, untuk mencegah penularan virus corona di sekolah, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan surat edaran bertanggal 24 Maret 2020 yang mengatur pelaksanaan pendidikan pada masa darurat penyebaran coronavirus.

Kebijakan “Belajar Di Rumah” ini tepat untuk mencegah penyebaran COVID-19 di lingkungan sekolah, namun survei awal dan terbatas, KKN Undip Tim II 2020 menunjukkan implementasinya yang beragam di lapangan.

Pada awal Juli (5/07), KKN Undip Tim II 2020 melakukan riset untuk mengetahui implementasi kebijakan “Belajar di Rumah”. KKN Undip Tim II ini mensurvei sekitar 10 orang tua siswa sekolah dasar di Dusun Kepundung.  

Survei tersebut menunjukkan adanya ketimpangan akses media pembelajaran, yang semakin dalam antara anak-anak dari keluarga ekonomi mampu dan kurang mampu. KKN Undip Tim II juga menemukan bahwa hanya sekitar 30% responden menyatakan anak mereka belajar dengan menggunakan daring. Terkait peran orang tua, kelompok ibu menyediakan waktu lebih banyak (2-3 jam per hari) dibandingkan kaum ayah (kurang dalam 1 jam) dalam mendampingi anak belajar di rumah.

Sebagian besar responden survei ini berasal dari orang tua di RT 003 RW 004 Dusun Kepundung. Mereka merupakan orang tua siswa di kelas dasar. Umumnya, responden memiliki akses internet dan ponsel, tetapi banyak yang belum bisa mengoperasikannya. dilihat dari latar belakang pekerjaan dan pendidikan, responden dari ekonomi miskin lebih banyak dibandingkan dari ekonomi mampu.

Hanya sekitar 30% yang menyatakan bahwa anak mereka belajar dengan menggunakan media daring, baik menggunakan media konferensi belajar maupun menggunakan aplikasi belajar online.

Sebaliknya, penggunaan media belajar offline dengan menggunakan buku dan lembar kerja siswa adalah metode yang dominan digunakan oleh guru dan relawan pemerhati pendidikan.

Apa yang bisa KKN Undip Tim II lakukan?

Kepala Dusun Kepundung dan beberapa orang tua menyarankan agar ada upaya untuk peningkatan kualitas pembelajaran jarak jauh, mengingat sekarang persaingan mutu IPTEK semakin ketat. Bayangkan berapa banyak kesempatan mencari ilmu yang terbuang selama 3-4 bulan tidak jelas sekolahnya, oleh karena itu harus diimbangi dengan semangat belajar.

Mengingat pengadaan infrastruktur internet tidak bisa dilakukan cepat, KKN Undip Tim II memberdayakan Karang Taruna Wirabhakti untuk melakukan pendampingan belajar dengan cara yang menyenangkan.

Tentu cara ini tetap harus memperhatikan prosedur yang aman dari risiko tertular COVID-19.

Untuk mengantisipasi ketimpangan, saat ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah menyediakan pembelajaran melalui TVRI dan RRI mulai 13 April lalu. Melalui pendekatan sosialisasi dan pendampingan ini, KKN Undip Tim II dapat menjangkau banyak siswa belajar di rumah dengan cara yang menyenangkan.