Handicraft Kresek: Mengolah Limbah Menjadi Berkah
Kresek sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Mulai dari kegiatan berbelanja sampai dengan membungkus sampah mayoritas masyarakat menggunakan kresek. Selama ini, kresek hanya dibuang begitu saja, padahal limbah kresek mengancam kesehatan dan kebersihan lingkungan. Oleh karena itu, perlu adanya pengelolaan limbah kresek dengan baik, sehingga limbah kresek benar-benar mendukung kehidupan masyarakat. Tidak hanya ketika kita gunakan, namun juga setelah kita gunakan.
Tidak dipungkiri bahwa kresek dapat mudah ditemukan di segala aktivitas masyarakat, mulai dari berbelanja sampai dengan membungkus sampah rumah tangga. Sifat kresek yang tahan air dan ringan membuat masyarakat selalu menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Sayangnya, kresek yang tidak terpakai langsung dibuang tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu. Hal ini menyebabkan jumlah limbah kresek mengalami peningkatan yang tajam setiap tahunnya. Terlebih lagi, limbah kresek memiliki sifat tidak mudah terurai dalam waktu singkat, sehingga penumpukan limbah kresek selalu tergambar nyata di sejumlah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tanpa ada solusi untuk mengurangi jumlah limbah kresek tersebut.
Dengan berlandaskan pada kenyataan di atas, timbul upaya untuk mengurangi jumlah limbah kresek yang menumpuk pada skala rumah tangga di desa Tlompakan, kecamatan Tuntang, sehingga tim KKN Tematik Posdaya 1 Universitas Diponegoro berinisiatif menggalakkan program monodisiplin yang digagas oleh Agritia Amana, mahasiswa jurusan Matematika, Fakultas Sains dan Matematika. Program tersebut berupa sosialisasi dan pelatihan pengolahan limbah kresek menjadi kerajinan tangan, atau yang lebih dikenal dengan istilah handicraft. Bermodalkan pada pengalamannya sebagai grand finalis kedua pada lomba pembuatan handicraft November 2015 lalu di ajang Pekan Inovasi LPP (Lembaga Penyiaran Publik) RRI (Radio Republik Indonesia) tingkat Nasional, Agritia memberikan pelatihan pembuatan handicraft dari limbah kresek kepada ibu-ibu PKK RW 04 beserta kader Posdaya Tunas Manunggal desa Tlompakan.
Pelatihan pengolahan limbah kresek menjadi handicraft berlangsung 2 kali. Pelatihan pertama berlangsung pada hari Minggu, 16 April 2016, berlokasi di rumah ibu Sri Purwati, dengan sasaran pelatihan yaitu ibu-ibu PKK RT 04 RW 04 desa Tlompakan. Sedangkan pelatihan kedua berlangsung pada hari Sabtu, 30 April 2016, berlokasi di Posko KKN Tematik Posdaya 1 RT 03 RW 04 desa Tlompakan. Pelatihan yang merupakan bagian dari kegiatan program monodisiplin KKN Tematik Posdaya 1 ini disambut baik oleh seluruh pihak, khususnya ibu-ibu PKK RT 04 dan RW 04 sekaligus kader Posdaya Tunas Manunggal. Nampak bahwa dalam pelatihan tersebut, ibu-ibu memiliki semangat belajar serta tingkat antuisiasme yang tinggi.
Pengolahan limbah kresek menjadi handicraft terbilang mudah. Limbah kresek yang diperoleh dari kegiatan berbelanja awalnya dipotong ujung atas dan bawahnya, kemudian limbah kresek tersebut dipotong dengan teknik tertentu sedemikian hingga menghasilkan benang/tali dari limbah kresek. Benang dari limbah kresek tersebut digulung pada potongan berbentuk stick dari kardus bekas, kemudian benang limbah kresek siap untuk dikepang layaknya mengepang tali pada umumnya. Kepangan dari limbah kresek tersebut dapat diaplikasikan sebagai penghias atau aksen pada barang bekas, layaknya toples bekas yang sudah kusam, maupun barang bekas seperti kardus bekas dan kaleng bekas yang dapat dikreasikan sesuai dengan keinginan.
Beberapa handicraft yang dihasilkan dari pelatihan pengolahan limbah kresek ini meliputi: tempat tissue, dompet, celengan (tabungan koin), tempat air mineral gelas, stationery organizer, dan accessories organizer. “Dengan adanya pelaksanaan program (re:pelatihan pengolahan limbah kresek menjadi handicraft) ini, kedepannya, saya berharap agar masyarakat dapat melanjutkan pembuatan handicraft ini sebagai kegiatan rutin. Selain mengisi waktu luang dan memanfaatkan limbah kresek yang terbuang atau hanya menumpuk sia-sia di dalam rumah, handicraft yang dihasilkan dari kepangan limbah kresek tersebut juga dapat membawa berkah dengan adanya bentuk kewirausahaan dari penjualan handicraft. Handicraft dari limbah kresek masih jarang di pasaran, dengan demikian terdapat peluang yang terbuka lebar bagi masyarakat untuk menjual produk handicraft kepada khalayak umum”, ujar Agritia. Ibu Kadarwati, selaku Ketua Posdaya Tunas Manunggal, juga sangat mengapreasiasi dengan adanya pelatihan yang dilakukan oleh mahasiswa KKN Tematik Posdaya 1 Universitas Diponegoro. “Kami sangat beruntung sekali, karena dengan adanya pelatihan membuat handicraft dari limbah kresek, masyarakat menjadi lebih bijak dalam mengolah limbah kresek. Ditambah dengan peluang berwirausaha melalui produksi handicraft dari limbah kresek, saya menginginkan agar produk ini dapat dipasarkan melalui warung Posdaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa Tlompakan, khususnya warga yang ada di wilayah RW 04”, imbuh beliau.