Mahasiswa KKN UNDIP Ajari Petani Membuat PGPR dari Akar Putri Malu, Apa itu ?
Magelang (27/7) – Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tim II Universitas Diponegoro dengan tema “Pemberdayaan Masyarakat di Tengah Pandemi Covid-19 Berbasis pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)” masih berlangsung. Pekan ke empat mahasiswa KKN Undip melaksanaan program kedua dengan pembuatan Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) bersama petani RT 05 Dusun Ngrantunan, Desa Sonorejo, Kecamatan Candimulyo, Magelang. Program ini hadir untuk mengenalkan metode pemeliharaan tanaman yang ramah lingkungan dengan menekan penggunaan pestisida kimia. Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) berbahan dasar akar putri malu yang sangat mudah didapatkan di tegalan atau sawah milik petani. Pemilihan putri malu dipicu oleh keberadaannya yang hanya sebagai gulma dan tidak dimanfaatkan.

Bahan utama yang diperlukan dalam membuat PGPR berasal akar putri malu dan kemudian diperbanyak dalam wadah yang didalamnya berisi bahan pendukung seperti dedak/bekatul, air matang, terasi, kapur sirih dan gula pasir. Pembuatan PGPR terdiri dari serangkaian tahapan. Tahapan pertama diawali dengan pencarian putri malu di tegalan dan perendaman selama 3-4 hari untuk mendapatkan biang PGPR atau bakteri didalamnya. Tahap kedua dilanjutkan perebusan bahan-bahan pendukung hingga mendidih (±20 menit). Rebusan kemudian disaring dan dibuang bagian ampasnya. Selanjutnya biang PGPR dicampur dengan hasil rebusan dalam wadah. Tahap ketiga berupa proses fermentasi selama 14 hari untuk memperoleh PGPR sesuai standar.

Dengan adanya program pelatihan pembuatan PGPR oleh mahasiswa KKN Undip diharapkan mampu mengurangi penggunaan pestisida. PGPR dapat berperan sebagai agensi hayati untuk mendukung pertumbuhan tanaman dan mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Pelaksanaan program ini akan dilanjutkan dengan pembagian modul terkait teknik pembuatan secara door to door. Tujuan akhir dari program kedua ini yakni mengubah mindset petani apabila perawatan tanaman tidak hanya tergantung pada pestisida kimia saja namun dapat digantikan dengan metode yang lebih ramah lingkungan
Oleh : Khoirotul Mutmainah, Agroekoteknologi/FPP
Editor : Abdi Sukmono