Si PORSI Membuat Orang Pikir-pikir Sebelum Membeli dan Menggunakan Obat?!
Pekalongan (31/7/2020) – Kesehatan merupakan aspek penting dalam suatu kehidupan. Setiap orang pasti mengharapkan kesehatan akan dirinya. Begitu pula suatu negara, demi meningkatkan aspek kesehatan akan warga negaranya, segala hal selalu diupayakan. Dilansir dari laman Phortious, berdasarkan WHO tahun 2019, Indonesia menempati ranking 92 dari 190 negara di dunia dalam hal tingkat kesehatan. Pernyataan tersebut membuktikan bahwa tingkat kesehatan indonesia masih rendah. Rendahnya tingkat kesehatan di indonesia ini, menjadi tantangan bagi indonesia untuk terus memperbaiki kualitas kesehatan. Melalui aksi global SDG’s atau Pembangunan Berkelanjutan, Indonesia menjadi salah satu negara yang ikut serta untuk mewujudkan 17 indikator tujuan didalamnya terutama indikator kehidupan sehat dan sejahtera. Salah satu permasalahan kesehatan yang menjadi perhatian khusus adalah ketidakrasionalan penggunaan obat dalam swamedikasi (pengobatan sendiri). Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, data Proporsi RT (rumah tangga) yang menyimpan obat keras sebanyak 35,7% dan antibiotika 27,8%. Dari data tersebut didapatkan 81,9% RT menyimpan obat keras dan 86,1% RT menyimpan antibiotik yang diperoleh tanpa resep. Dari data tersebut, mengarah pada ketidakrasionalan penggunaan obat yang akan berakibat seperti alergi obat, efek samping yang bahaya serta resistensi antibiotik yang ringan hingga fatal. Oleh sebab itu, sebagai calon tenaga kesehatan terutama farmasis/apoteker sudah menjadi kewajiban memberikan pelayanan mengenai informasi dan edukasi obat kepada pasien, masyarakat dan tenaga kesehatan lain untuk menghindarkan ketidakrasionalan penggunaan obat terutama dalam swamedikasi.
Melalui program pemberdayaan penggunaan obat yang rasional terutama swamedikasi, indikator kesehatan dan kesejahteraan masyarakat dalam SDG’s diharapkan dapat tercapai dengan mencegah kemungkinan ketidakrasionalan pengobatan serta dampak negatif yang ditimbulkan. Program ini merupakan program yang mendukung “GeMa Cermat” yang dicanangkan oleh pemerintah dalam SK Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/MENKES/427/2015 dalam rangka mewujudkan kepedulian, kesadaran, pemahaman dan keterampilan masyarakat dalam menggunakan obat secara tepat dan benar.
Program “Pemberdayaan Ibu-ibu Kader PKK melalui Penggunaan Obat Rasional dalam Swamedikasi (PORSI)” dilakukan oleh seorang mahasiswa KKN Undip tim 2 tahun 2020 yang berasal dari jurusan farmasi yaitu Vanesa Debora. Program ini melibatkan Ibu-ibu Kader PKK Kelurahan Panjang Baru sebagai sasaran utama program. Kegiatan ini dilaksanakan selama 3 hari berturut-turut dari 27 Juli 2020 sampai 29 Juli 2020 di Aula Kelurahan Panjang Baru. Kegiatan ini dimulai dengan pemaparan program meliputi latar belakang, manfaat dan tujuan program serta dilakukan pengenalan diri serta pre test. Pre test dilakukan dengan tujuan mengetahui seberapa jauh pengetahuan yang dimiliki oleh ibu-ibu kader PKK sebelum diberikan edukasi. Dari hasil pre test, semua ibu-ibu kader PKK mendapat nilai ≤ 50. Hasil pre test ini menunjukan bahwa pengetahuan ibu-ibu kader PKK mengenai penggunaan obat rasional dalam swamedikasi masih sangat rendah, oleh karena itu perlu dilakukannya edukasi yang dilakukan pada hari kedua menggunakan media leaflet. Edukasi ini berisi mengenai penjelasan swamedikasi yang merupakan upaya seseorang dalam mengatasi gejala atau penyakit ringan tanpa konsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Selain penjelasan swamedikasi, juga dijelaskan mengenai indikator kerasionalan obat meliputi tepat diagnosis; tepat indikasi dan pemilihan obat; tepat kondisi; tepat dosis, cara & durasi; tepat informasi; harga terjangkau; kepatuhan dan waspada efek samping. Edukasi selanjutnya mengenai golongan obat yang diperbolehkan untuk swamedikasi (obat bebas, bebas terbatas dan obat wajib apotek) dan tidak diperbolehkan (obat keras termasuk antibiotik). Edukasi terakhir mengenai akibat yang ditimbulkan bila swamedikasi tidak rasional (alergi, resistensi dan sensitivitas serta efek terapi tidak tercapai) dan tips & trik berswamedikasi yang aman. Kemudian, kegiatan di hari terakhir diisi dengan pendampingan praktek membaca informasi obat pada kemasan obat, post test dan evaluasi program kegiatan. Kegiatan praktek membaca informasi obat dilakukan oleh ibu-ibu kader PKK sambil diarahkan oleh mahasiswa. Obat yang digunakan adalah obat warung yang dibawa oleh masing-masing ibu-ibu kader PKK dari rumahnya. Setelah kegiatan tersebut selesai, dilanjutkan dengan post test. Post test ini bertujuan untuk mengukur seberapa jauh ibu-ibu kader PKK mendengarkan dan memahami tentang materi edukasi yang disampaikan. Hasil post test yaitu sebanyak 5 ibu-ibu kader PKK mendapat nilai ≥80 dan 3 sisanya mendapat nilai ≤80. Dilihat dari hasil post test, terbukti bahwa pengetahuan tentang PORSI yang ibu-ibu kader PKK miliki sudah meningkat dibandingkan pada saat pre test. Evaluasi program kegiatan menjadi penutup kegiatan pada program ini yaitu dengan mengisi kuisioner.

Sumber : Galeri Penulis

Sumber : Galeri Penulis
Pelaksanaan kegiatan ini mendapat sambutan hangat dari ibu-ibu kader PKK Panjang Baru. Salah satu ibu kader PKK juga mengutarakan kesan dan pesannya saat mengikuti kegiatan ini.
“Kegiatan ini sangat memberi manfaat bagi kami semua terutama yang tadinya belum tau mengenai penggunaan obat-obat secara benar yang mana sebelumnya membeli dan menggunakan obat sesuka hati. Ternyata setelah ada kegiatan dari mahasiswa kita disadarkan dan semakin tahu. Terimakasih kepada mahasiswa KKN UNDIP yang telah mengajari kami,” ucap Bu Sarwono ketika ditanya oleh mahasiswa di akhir acara.
Harapan dari pelaksanaan program kedua ini yaitu masyarakat semakin paham dan selektif ketika membeli dan menggunakan obat dalam swamedikasi agar meminimalisir dampak negatif yang timbul dari penggunaan obat secara sembarangan.

Sumber : Galeri Penulis
Oleh : Vanesa Debora (Farmasi – NIM.22010317120024)
Editor : Nikie Astorina Yunita D, S.KM., M.Kes.