Saling Melempar, Bagaimana Masa Depan Pendidikan Inklusif di Kabupaten Rembang?!
Rembang (1/08/2020) – Mahasiswa Tim II KKN Undip dikejutkan dengan pernyataan dari pihak sekolah penyelenggara pendidikan inklusif pada saat menjalankan program yang berbasis pada tujuan SDG’s. Sekolah Inklusif merupakan sekolah yang menyelenggarakan sistem pendidikan dengan memiliki siswa reguler dan juga siswa berkebutuhan khusus. Awalnya Miftahul Zulfa, salah satu mahasiswi TIM II KKN Undip mengira bahwa manajemen pendidikan inklusif di kabupaten Rembang sudah berjalan mulus. Namun, ternyata keadaan di lapangan sedikit berbeda.
“Sebenarnya kita bingung mba, belakangan ini tidak ada tindak lanjut dari pemerintah. Tidak ada pelatihan untuk meningkatkan skill guru pendamping khusus (GPK)” Kata salah satu guru di sekolah inklusif. “Disini tidak ada guru pendamping khusus mba (GPK), jadi kita tidak terlalu paham harus bagaimana, kita tanyakan ke pemerintah, pemerintah justru mengembalikan ke pihak sekolah” Kata salah satu guru sekolah inklusif lainnya di kecamatan Rembang (28/07/2020). Lalu kalau sudah saling melempar seperti ini bagaimana?
Mendengar pernyataan tersebut, muncullah ide untuk mendiskusikan solusi terbaik untuk menjembatani dan meminimalisisr permasalahan dengan pihak sekolah, solusi yang diambil yaitu dengan memberikan modul mengenai metode mengajar dan komunikasi guru di kelas inklusif. Tujuannya yaitu sebagai penanganan pertama untuk mengupgrade skill dan pengetahuan untuk GPK maupun non GPK agar dapat secara adaptif dalam menjalankan program sekolah inklusi.
Pihak sekolah penyelenggara pendidikan inklusif di kabupaten Rembang menerima dan mendukung kegiatan positif ini. Selain berharap untuk dapat menjadi langkah awal penanganan masalah, mereka juga berharap bahwa pemerintah dapat memberikan pelatihan untuk GPK dengan sebagaimana mestinya demi menunjang pendidikan inklusif yang lebih adaptif dan lebih baik lagi.