Tips Mudah dan Sehat! Mahasiswi Undip Kenalkan Menu TKTPTL untuk Balita
Batang (1/8) – KKN kali ini mengusung tema “Pemberdayaan Masyarakat di Tengah Pandemi COVID-19 Berbasis pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)”. Salah satu tujuan yang termuat dalam 17 poin SDGs yaitu mengakhiri kelaparan. Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati termasuk sumber daya pangan. Akan tetapi, banyak dijumpai asupan makan masyarakat yang belum memenuhi gizi seimbang, bahkan Indonesia termasuk dalam salah satu negara dengan triple ganda permasalahan gizi. Kasus gizi buruk pada balita juga masih menjadi masalah di Kabupaten Batang. Seperti yang dilansir dari kanal berita Pemerintah Kabupaten Batang (https://berita.batangkab.go.id), persentase balita gizi buruk di Kabupaten Batang mencapai 8% (21/9/19). Status gizi sangat penting diperhatikan pada balita mengingat pada kelompok usia inilah pertumbuhan dan perkembangan melaju pesat. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam pemenuhan gizi yaitu pola pemberian asupan makan.
Berangkat dari permasalahan inilah, mahasiswi KKN Undip Tim II Batang, Aulia Salwa Alfaina, melakukan penyuluhan penanganan asupan dan cara memasak makanan gizi seimbang berbahan dasar lokal untuk balita. Makanan gizi seimbang yang dikenalkan disesuaikan dengan usia balita baik dari segi tekstur, porsi, variasi makanan selingan, hingga jadwal pemberian makan. Penyuluhan ini dilakukan secara door to door ke empat rumah warga Desa Denasri Wetan yang tersebar di RT 03/01, 06/01, dan 05/03 pada tanggal 17-18 juli.
Penyuluhan dan monitoring pemberian asupan makanan gizi seimbang berbahan dasar lokal
Lima komponen makanan pendamping ASI (MPASI) meliputi ASI (untuk anak usia lebih dari 2 tahun digantikan dengan susu), sumber karbohidrat, sumber protein hewani, sumber lemak, serta sayur dan buah. Menu Tinggi Kalori Tinggi Protein Tinggi Lemak (TKTPTL) cocok dijadikan menu MPASI bagi balita yang tidak doyan makan sehingga berat badan mereka kurang. Cara memasaknya pun cukup mudah. Akan tetapi, sebagian besar masyarakat belum mengetahui tips memasak menu TKTPTL supaya kandungan protein didalamnya tidak hancur sehingga dapat memberikan kalori yang lebih banyak. Oleh karena itu, digunakanlah media penyuluhan berupa video sebagai pengganti demonstrasi cara memasak makanan yang dianjurkan.
Salah satu sumber protein yang paling mudah didapat oleh masyarakat yaitu telur. Untuk membuat menu TKTPTL dari telur untuk anak usia lebih dari 1 tahun, bahan yang dibutuhkan hanya berupa 1 butir telur, 2 sendok minyak goreng (bukan minyak goreng bekas masakan sebelumnya/jelantah), dan 1 sendok gula pasir. Adapun tips langkah memasaknya sebagai berikut.
- Tuang 2 sendok minyak ke dalam wajan. (JANGAN menyalakan kompor terlebih dahulu)
- Tambahkan 1 sendok gula pasir.
- Pecahkan telur dan masukkan dalam wajan.
- Aduk (oreg) telur hingga tercampur minyak dan gula secara merata.
- Nyalakan kompor dengan api kecil.
- Lanjutkan mengaduk telur secara perlahan hingga matang.
- Angkat telur dan matikan kompor.
- Sajikan dengan nasi disertai sayur dan buah.
Menu dan porsi isi piringku
Porsi makan sesuai isi piringku yaitu 2/3 dari 1/2 piring berupa nasi/sumber karbohidrat lain seperti kentang, 1/3 dari 1/2 piring berupa lauk (dalam hal ini telur TKTPTL), 2/3 dari 1/2 piring lainnya berupa sayuran dan 1/3 dari 1/2 piring lainnya berupa buah.
Kesalahan yang sering dilakukan yaitu menyalakan api sejak awal / api terlalu besar (overheating) sehingga menyebabkan protein telur rusak.
Pelaksanaan penyuluhan disambut baik oleh warga. Materi menu TKTPTL dipahami dengan mudah dan orang tua balita bersedia untuk mencoba cara memasak sesuai yang telah diedukasikan. Setelah melakukan penyuluhan, dilanjutkan dengan pemantauan pemberian asupan makan yang juga dilakukan secara door to door sebanyak 3 kali selama 6 hari (22/07 – 27/07). Kemudian dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan sebagai evaluasi untuk menilai status gizi balita (29/07).
Monitoring pemberian asupan makan
Dengan adanya program kerja ini, diharapkan terjadi perbaikan status gizi balita yang ditandai dengan penurunan jumlah balita dengan gizi kurang dan terjadi peningkatan berat badan sebesar 0,5 g/kgBB/hari pada balita dengan gizi buruk.
Author : Aulia Salwa Alfaina – Fakultas Kedokteran – Kedokteran Umum
Editor : Ragil Saputra, S.Si., M.Cs