Ubah Masalah Menjadi Peluang Melalui Bank Sampah
PATI (5/8) Sampah merupakan masalah serius bagi masyarakat apabila tidak dikelola dengan baik. Hal ini sering kita lihat ketika musim hujan turun sering terjadi banjir, tanah longsor, dan pencemaran lingkungan. Itu semua merupakan sebagian kecil dari masalah yang ditimbulkan oleh sampah. Oleh karena itu, penting sekali untuk sosialisasi dan menyadarkan masyarakat agar terbiasa untuk buang sampah pada tempatnya.
Melihat hal di atas, Risma Susi Susanti yang tergabung dalam kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tim II Universitas Diponegoro (UNDIP) berinisiatif membuat program berkelanjutan untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya dan memanfaatkan sampah menjadi barang yang berharga yang dapat menjadikan nilai tambah ekonomi.
Program yang diinisiasi selama menjalankan KKN dinamai Bank Sampah. Hal ini ditujukkan kepada pemilik toko kelontong di Desa Trikoyo, Jaken, Pati untuk mengurangi pembuangan sampah di sungai maupun pembakaran sampah yang berakibat pada kerusakan lingkungan dan tanah.
Adapun dalam pelaksanaan program Bank Sampah, Risma melakukan sosialisasi untuk memilah dan memilih sampah yang nantinya akan didaur ulang menjadi suatu barang bernilai jual. Pemilahan sampah dibedakan menjadi dua jenis yaitu sampah organik dan non-organik. Sampah organik berupa sisa sayur, makanan, buah-buahan, dan dedaunan dapat diolah menjadi pupuk kompos. Sedangkan sampah non-organik seperti plastik bungkus kopi, botol minum, dan plastik deterjen diolah menjadi sebuah kerajinan tangan seperti tas, dompet, wadah tisu, dan jenis souvenir lainnya. Adapun hasil dari pembuatan kreativitas daur ulang sampah akan dipasarkan secara offline maupun online untuk melatih jiwa kewirausahaan.
Selain itu, Risma juga membekali para peserta pembuatan kreativitas akan pentingnya brand dalam suatu produk. Tujuannya tidak lain adalah untuk memudahkan dalam mengingat dan mengenalkan produk atau branding.
Adapun untuk ke depannya setelah pembuatan kreativitas pertama selesai dilakukan, peserta dapat membuat kerajinan tangan secara mandiri dengan jumlah lebih banyak untuk dipasarkan. Dengan demikian, masyarakat mampu mengubah suatu masalah menjadi peluang bernilai jual tinggi yang dapat mengubah perekonomian untuk jangka panjang.
Penulis: Risma Susi Susanti – FEB
Editor : Rani Tiyas