Peningkatan Daya Jual Garam di Desa Punjulharjo Oleh Mahasiswa KKN UNDIP

Rembang, (08/11/20) – Desa Punjulharjo, merupakan salah satu desa penghasil garam terbesar di Kabupaten Rembang, banyak warganya yang bekerja sebagai petani tambak garam. Akan tetapi harga garam di petani tambak saat ini terus mengalami penurunan, yaitu hanya dikisaran Rp 200,- hingga Rp 300,- per kilogramnya.

Hal tersebut adalah akibat dari pemerintah Indonesia yang kerap kali mengimpor garam industri, sehingga daya jual garam petani menjadi kalah saing dan berdampak pada kesejahteraan para petani garam di Indonesia, termasuk juga para petani garam di desa Punjulharjo. Penyebab pemerintah melakukan impor garam industri tersebut dikarenakan kualitas garam atau kadar NaCl garam dalam negeri tidak memenuhi kebutuhan industri.

Setelah diketahui bahwa harga jual garam terus menurun, dan kalah saing dengan garam industri yang diimpor oleh pemerintah, Arif Khasbullah, mahasiswa KKN Tematik UNDIP memiliki inovasi untuk meningkatkan daya jual garam tambak Desa Punjulharjo.

Garam petani tambak dapat dimanfaatkan sebagai produk oleh-oleh desa. Hal ini didukung dengan keadaan bahwa desa Punjulharjo merupakan desa wisata yang memiliki wisata unggulan yaitu Ekowisata Bahari Pantai Karangjahe.

Garam petani tambak desa Punjulharjo dapat diolah lebih lanjut, misalnya menjadi garam rendam yang saat ini sedang viral. Kemudian olahan garam tersebut dikemas semenarik mungkin agar meningkatkan minat konsumen untuk membelinya.

Garam yang sudah diolah dan dikemas tersebut dapat dijual di Pantai Karangjahe sebagai oleh-oleh desa Punjulharjo dan dijual dengan harga yang cukup tinggi, dimana harga pasaran dari . garam rendam berada dikisar Rp 30.000,- hingga lebih dari Rp 100.000,-. Dengan begitu daya jual dari garam petani tambak desa Punjulharjo dapat meningkat dan harapannya dapat meningkatkan kesejahteraan para petani garam di desa Punjullharjo.