BANK SAMPAH, KARENA BANK UANG ITU SUDAH TERLALU MAINSTREAM
Desa Butuh, 10 Februari 2017 — Bank Sampah? Berapa banyak dari Anda yang pernah mendengar istilah yang cukup asing di telinga orang awam tersebut? Ya, mungkin dari pembaca sekalian, bisa dihitung dengan jari siapa yang pernah mendengar istilah ‘Bank Sampah’. Ada pepatah, ‘Tak Kenal Maka Tak Sayang’, oleh karena itu, akan kami jelaskan secara singkat terlebih dahulu apa itu Bank Sampah. Bank Sampah adalah kegiatan pengelolaan sampah yang masih memiliki nilai ekonomis. Jadi dengan kata lain, sampah itu bernilai ekonomi ketika nilai gunanya ditingkatkan.
Minggu pagi (05/02/2017) kami, Tim I KKN Undip mengikuti kegiatan kerja bakti rutin sebelum rapat yang diikuti oleh semua anggota dari Karang Taruna Dusun Nganggrung. Mahasiswa KKN dan para remaja saling bahu membahu membersihkan lingkungan dusun dari sampah dan kotoran yang ada di sepanjang jalan. Malam harinya sekitar pukul 20.00 WIB, kami berkumpul di rumah Mas Slamet yang berada di Dusun Nganggrung untuk mengikuti rapat rutin Karang Taruna. Pada acara rapat ini salah satu topik yang dibahas adalah tentang Bank Sampah. Pada kesempatan ini Intan (Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, 2013) memberikan penyuluhan tentang apa itu Bank Sampah dan cara penerapannya di Dusun Nganggrung. “Sampah itu bisa menjadi berkah”, menurut Intan dalam penyuluhannya. Lebih lanjut diuraikan bagaimana menjadikan sampah bisa menjadi berkah dan dapat mendulang uang. Selanjutnya, untuk bisa mewujudkan sampah itu berkah maka harus ada organisasi yang mengatur kegiatan tersebut. Nah, pada kesempatan tersebut Mirza (Fakultas Hukum, 2013), memberikan penjelasan tentang membangun Struktur Organisasi Bank Sampah.
Sebanyak 26 pasang mata fokus menatap layar proyektor saat Intan memberikan materi. Materi yang disusun dengan bagus dan menarik di PowerPoint itu berhasil membuat para muda mudi penasaran dengan apa itu ‘Bank Sampah.’ Pemberian materi berjalan dengan dua arah dimana sesekali Intan melemparkan pertanyaan dan kemudian dijawab oleh peserta rapat dengan antusias. Intan menutup penyuluhan dengan memutarkan video tentang Bank Sampah. Setelah Intan selesai, Mirza langsung menggantikan posisi Intan dan memberikan materi tentang Struktur Organisasi Bank Sampah. Materi yang diberikan Mirza menjelaskan tentang Struktur Organisasi yang baik dan benar dalam Bank Sampah, agar pengelolaan Bank Sampah itu sendiri berjalanan dengan efisien. Penyuluhan ini berjalan relatif cepat dibandingkan Intan karena perbedaan jumlah materi diantara keduanya.
Keikutsertaan kami di rapat Karang Taruna ini ditutup dengan pemberian materi tentang Tubercolosis–yang entah sudah berapa kali kami mendengarnya, oleh Dila dari Fakultas Kedokteran. Selain itu, kami juga membahas mengenai prospek pengembangan program Bank Sampah di Dusun Nganggrung yang juga dapat membantu dalam implementasi Posdaya di Dusun Nganggrung sendiri. Dan tentu saja, sebelum kami semua kembali ke posko, kami sempatkan berfoto bersama dengan muda mudi Karang Taruna di depan Masjid yang ada di depan lokasi rapat. Walaupun saat itu adalah malam hari dengan penerangan yang terbatas, tetap tak menyurutkan semangat kami untuk berfoto bersama. Kami semua tetap tersenyum di dalam foto tersebut.