HADAPI DAMPAK PPKM BAGI PELAKU USAHA, MAHASISWA UNDIP GANDENG UMKM DAN HOME INDUSTRY UNTUK PERKUAT MARKETING MELALUI PENGGUNAAN SOCIAL MEDIA INSTAGRAM DAN WHATSAPP

SEMARANG, Srondol Wetan (02/08/21), Penentapan PPKM atau Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat oleh Pemerintah sejak 3 Juli hingga hari ini ditujukan untuk membendung laju kenaikan angka positif virus corona atau Covid-19. Beberapa peraturan ketat juga menyertai penetapan PPKM ini yang diantaranya: pemberlakuan 100% WFH(Work Form Home) atau kerja dari rumah di sektor perkantoran non-esensial dan 50% WFO(Work From Office) atau kerja dari kantor di sektor esensial dengan protokol yang ketat, kegiatan belajar mengajar wajib online atau daring, jam operasional supermarket atau tempat yang menimbulkan kerumunan dibatasi buka hanya sampai pukul 20.00 dengan pengunjung maksimal 50%, restoran atau cafe hanya diperkenankan untuk melayani pesan antar atau take away dan dilarang melayani makan di tempat, dan beberapa peraturan ketat lainnya.

Jokowi menuturkan bahwa penetapan PPKM membuahkan hasil berupa laju penambahan kasus, BOR (bed occupancy rate), dan positivity rate yang mulai menunjukkan tren penurunan seperti yang terjadi di beberapa provinsi di Jawa. Walaupun PPKM ini diberlakukan dengan tujuan yang baik, nyatanya penetapan kebijakan ini juga membawa dampak yang kurang baik bagi pelaku usaha terutama UMKM dan pedagang kecil. Pasalnya, Menurut data Bank Indonesia, 87,5% UMKM terimbas akibat Covid-19. Dari jumlah itu, 93,2% nya terdampak negate dari sisi penjualan. Rinciannya, 16,2% UMKM mengalami penurunan penjualan 25%. Lalu, 40% UMKM mengalami penurunan 25-50%, dan 28,2% UMKM mengalami penurunan penjualan 51-75%. Kemudian terdapat 15,6% UMKM penjualannya anjlok di atas 75%.

Selain itu, ditambahkan oleh Ikhsan Ingratubun, Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) bahwa PPKM akan memberikan dampak kepada UMKM dan diperkirakan lebih dari setengah pendapatan UMKM akan hilang 50%-60% bahkan bisa lebih parah dari itu. Alasan lain juga dibubuhkan oleh Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Nailul Huda, bahwa terdapat 2 alasan mengapa PPKM sangat berdampak bagi UMKM. Pertama, aktivitas UMKM sangat melekat dengan kegiatan masyarakat. Dimana UMKM sekitar 90% aktivitasnya berhadapan langsung dengan masyarakat, sehingga jika terdapat pembatasan maka dampaknya akan sangat masif. Kedua, ketidakmampuan banyak UMKM dalam beradaptasi dengan teknologi – jual beli online. Padahal dengan adanya pembatasan, maka jual-beli online adalah opsi paling memungkinkan yang dapat dilakukan oleh UMKM.

Dwi Prasetyo, salah satu mahasiswa KKN UNDIP periode 2021, jurusan S-1 Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, UNDIP menjalankan program kerja KKNnya dengan menengok permasalahan tersebut sebagai landasan untuk dapat membantu UMKM untuk terus bertahan di masa PPKM ini. Program tersebut adalah Pemberdayaan Pedagang, UMKM, dan Home industry RW 02 Kelurahan Srondol Wetan dalam penggunaan Social Media Marketing sebagai langkah penguatan pemasaran pada platform Whatsapp atau Instagram di masa Pandemi melalui media modul.

Program ini dirasa sangat relevan dengan permasalahan UMKM di masa PPKM dan membuat mahasiswa tersebut tergerak untuk mensosialisasikan terkait penggunaan sosial media sebagai alat untuk memperkuat marketing para UMKM agar usahanya dapat terus bertahan walaupun dalam kondisi dibatasi aktivitasnya karena adanya kebijakan PPKM. Dalam menjalankan program ini, modul menjadi alat yang digunakan sebagai sarana sosialisasi kepada para UMKM. Didalamnya termuat alasan pentingnya sosial media terutama di masa pandemi yang serba online, kiat-kiat pembuatan sosial media, dan bahkan tips menarik dalam pengelolaan sosial media untuk kegiatan penguatan marketing usaha para UMKM.

Dimulai dengan mengirimkan modul kepada para pelaku usaha, home industry, dan UMKM melalui grup UMKM maupun personal chat “Whatsapp” kepada masing-masing UMKM sebagai pendahuluan pelaksanaan program. Lalu dilanjut dengan pengenalan dan konsultasi secara langsung kepada para UMKM dengan tetap menjaga protokol kesehatan, selanjutnya membantu pembuatan sosial media yakni Instagram dan Whatsapp untuk usaha para UMKM, dan yang terakhir melakukan follow-up secara berkala kepada para UMKM terkait penggunaan dan pengelolaan sosial media yang telah dibuat sebelumnya.

Beberapa UMKM cukup puas dengan adanya program ini, karena dirasa penggunaan sosial media sebagai alat marketing membantu untuk menunjang dan meningkatkan omzet penjualan yang awalnya hanya didapat secara langsung dengan jual-beli konvensial, kini penjualan juga bisa dilakukan dengan platform online. Seperti tutur Adinda Maurizka, pelaku bisnis Milky Puding bernama “ItsYummyTummy” bahwa sosial media membuat omzet penjualan sedikit lebih meningkat ketimbang hanya mengandalkan jualan langsung.

Penulis : Dwi Prasetyo-S1 Akuntansi-FEB
Dosen : Dr. Harjum Muharam S.E., M.E.