Seorang ibu apakah harus menjadi Stay at Home Mom?
Semarang (01/08) – Menjadi seorang perempuan banyak dituntut untuk menjadi istri, ibu serta guru bahkan harus mengurusi kebutuhannya sendiri. Ketika seorang perempuan memilih untuk menjadi working mom, ia juga harus menjalankan untuk mengurusi pekerjaan dirumah ketika jam professional mereka sudah selesai. Bahkan norma sosial seringkali menuntut perempuan untuk mengambil alih lebih banyak pekerjaan domestik karena dianggap sudah “kodratnya” dan masyarakat sosial banyak menaruh ekspetasi untuk dapat bisa memenuhi “kodrat perempuan”. Mengapa perempuan diharuskan memilih untuk menjadi salah satu dari ekspetasi sosial yang sempurna, lengkap segalanya? Sedangkan perempuan bisa mengambil pilihan terbaik dan memberikan pengaruh positif terhadap dirinya serta lingkungannya.
Perempuan yang bernama Shafa Dhiya Azzahra, seorang Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro yang sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) TIM II di Kelurahan Gajahmungkur menggunakan pengalaman bidang nya untuk memberikan pendampingan kepada Ibu-ibu RW 08 di Kelurahan Gajahmungkur sebagai salah satu program miliknya selama KKN untuk mengetahui dinamika psikologis work family conflict yang mampu mengidentifikasi permasalahan dan membuat solusi serta dapat membangun kelekatan pada keluarga. Penyelenggara mengajak para ibu untuk dapat sharing terkait pengelolaan konflik pada para ibu.

Pendampingan ini dilaksanakan di balai RW 08 Gajahmungkur yang didatangi oleh para ibu rumah tangga maupun ibu pekerja dengan rentang usia 27-53 tahun. Seorang ibu yang memutuskan menjadi IRT tidak hanya sekedar mengurusi anak dan keluarga, para ibu rumah tangga mampu menyalurkan minat dan hobi nya dengan adanya sampingan untuk mengisi kekosongan para ibu rumah tangga. Tidak kalah juga seorang ibu pekerja mampu rela membagi waktu istirahat nya untuk bermain atau bahkan menemani anak nya belajar serta masih mampu mengurusi suami dan anak nya. Seorang ibu akan tetap menjadi “Ibu” dengan apapun status pilihannya. Ibu akan tetap melakukan kewajibannya tanpa harus meninggalkan minat kemampuannya.

Pendampingan berjalan lancar, ibu-ibu merasa puas diadakannya pendampingan ini dan memberikan kesan yang baik kepada para ibu di Kelurahan Gajahmungkur. Materi yang disampaikan juga dapat dipahami oleh ibu-ibu dan merasa lebih rileks dalam beerpikir. Para ibu-ibu sangat bersemangat untuk megikuti pendampingan ini untuk menambah wawasan, menyimak dengan baik apa yang disampaikan oleh penyelenggara serta sangat antusias untuk berbagi pengalamannya. Para ibu-ibu mendapatkan banyak pelajaran setelah pendampingan seperti pengelolaan konflik dalam keluarga, mengontrol emosi, kebersyukuran, posisi antar suami dan istri serta pandangan sebagai anak, dan mengetahui pandangan menjadi working mom dan posisi stay at home mom.
Penulis: Shafa Dhiya Azzahra
Dosen Pembimbing: Daud Samsudewa, SPt, M.Si, Ph. D.