Pandemi Bikin Kere? Yuk Belajar Ngatur Uang Bareng Mahasiswa Undip!

(Jakarta, 4/8) – Terjadi penurunan Gross Domestic Product (GDP) dikarenakan oleh penurunan pendapatan akibat trend Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK) yang meningkat akibat Covid-19. Berdasarkan data dari Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia (Kemnaker RI) per 27 Mei 2020, pekerja sektor formal yang dirumahkan sebanyak 1.058.284 pekerja dan pekerja sektor formal yang di-PHK 380.221 pekerja. Sedangkan pekerja sektor informal yang terdampak 318.959 pekerja.   Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan masyarakat dalam masalah financial. Dalam  permasalahan ini, perlu adanya edukasi tentang financial management agar masyarakat mampu  mengatur keuangannya agar dapat melanjutkan kehidupannya di masa yang uncertain.

Nah, apalagi kita nih, yang anak muda. Pada tahap ini, memang banyak kebutuhan kita disediakan oleh orang tua kita. Mereka membiayai pendidikan kami sehingga kami tidak perlu mengeluarkan uang kami untuk pendidikan dan kami dapat membeli apapun yang ingin kami beli. Orang tua kami menyediakan biaya hidup sehingga kami dapat hidup dengan nyaman.

Namun perlu kita sadari bahwa bantuan tersebut tidak akan diberikan lagi seiring bertambahnya usia. Sebentar lagi kita akan memasuki dunia nyata dimana peredaran uang akan menjadi tanggung jawab kita sendiri. Tidak ada cakupan lain untuk kesalahan perhitungan kami.

Seiring bertambahnya usia, kita juga perlu menghitung pajak untuk setiap pengeluaran atau bahkan pendapatan. Orang sering lupa memasukkan pajak dalam perhitungannya, sehingga pengeluarannya melonjak.

Kita perlu menyadari bahwa kita melakukan “hidup” untuk waktu yang lama. Selain saat ini, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi. Karena uang adalah sesuatu yang tidak pasti, semuanya bisa terjadi. Ini mungkin sesederhana inflasi tinggi yang ditawarkan negara kita kepada kita dan kenaikan biaya utama. Atau mungkin ada beberapa sertifikasi yang perlu kita dapatkan dan menghabiskan banyak uang. Atau masalah kebetulan yang menghabiskan begitu banyak uang. Kita perlu bersiap untuk kejadian ini.

Dalam mengelola keuangan kita, biasanya kita perlu membagi pendapatan kita untuk:

  • Yang dibutuhkan : barang atau jasa untuk hidup ( 50% )
  • Yang kita inginkan : beberapa item untuk mendukung gaya hidup kita (30%)
  • Investasi dan Tabungan (20%)

Mari kita memfokuskan pembahasan kepada Tabungan.

Saya mendefinisikan tabungan sebagai penyimpanan dana darurat. Seperti yang saya katakan sebelumnya. Ada beberapa kejadian mahal di masa depan yang benar-benar tidak dapat diprediksi. Kita harus siap apa pun yang terjadi karena tidak ada yang akan menyelamatkan kita.

Masalah :
Kadang, kita merasa jumlah tabungan lebih dari cukup, maka kami hanya membeli “apa yang kami inginkan” dengan menyerahkan rekening tabungan kami. Saya tidak berpikir ini adalah langkah yang bijaksana. Sebelum kita belanjakan, ada baiknya kita menghitung risiko ketidakpastian.

Ada dua cara sederhana untuk menabung dengan konsekuensinya.

  • Menempatkan uang di rekening bank lain dengan lembaga bank yang berbeda. Uang akan lebih likuid daripada cara (menabung) lainnya. Tetapi karena likuiditas itu, akan jauh lebih mudah untuk membeli barang-barang yang tidak perlu. Risiko tidak terlacak akan diperbesar. Tanpa kita sadari, uang kita akan habis jika kita tidak pernah track.
  • Dapatkan rekening tabungan emas. Salah satu lembaga yang paling populer adalah Pegadaian. Anda dapat membuat akun emas dengan mengunduh Aplikasi Pegadaian, dan melakukan Registrasi. Akibatnya uang tidak likuid. Jika dalam situasi mendesak seperti itu, uang membutuhkan waktu lama untuk berada di tangan kita sesegera mungkin

Selanjutnya, tentang Investasi,

Saya akan mendefinisikan investasi sebagai membiarkan uang Anda bekerja untuk Anda, sementara menabung adalah mengistirahatkan uang Anda.

Berinvestasi → meminjamkan uang kita kepada pihak yang membutuhkan uang sebagai modal untuk menjalankan siklus bisnis mereka. Dengan meminjamkan uang kita, kita akan mendapatkan pembayaran untuk ini. Mereka akan membayar kita sebagai seseorang yang meminjamkan uang kepada mereka. Pembayaran inilah yang biasa kita sebut Bunga.
Bunga ini bisa menjadi passive income kita.

Konsekuensi:

  • Uang yang kita simpan tidak likuid, artinya kita tidak bisa mengambil kembali uang kita secepatnya dalam keadaan mendesak
  • Beberapa instrumen investasi berisiko tinggi untuk diambil. Kita perlu belajar lebih banyak tentang investasi. Ketika pandemi coronavirus menyebar, dan kebijakan penguncian mendominasi semua aktivitas, pengetahuan tentang investasi menjadi hype. Saat ini ada banyak platform bagi Anda untuk belajar tentang investasi. Hal yang perlu diketahui: Berinvestasi mengandung risiko. Mengapa kita harus belajar secara mendalam? Untuk mengetahui bagaimana mengelola dan mencegah risiko.

Dalam berinvestasi, saya menyarankan untuk berinvestasi pada REKSADANA.

Reksandana: Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Keuntungan dan Resiko

Manfaat yang diperoleh pemodal jika melakukan investasi dalam Reksa Dana, antara lain:

  1. Pemodal walaupun tidak memiliki dana yang cukup besar dapat melakukan diversifikasi investasi dalam Efek, sehingga dapat memperkecil risiko. Sebagai contoh, seorang pemodal dengan dana terbatas dapat memiliki portfolio obligasi, yang tidak mungkin dilakukan jika tidak tidak memiliki dana besar. Dengan Reksa Dana, maka akan terkumpul dana dalam jumlah yang besar sehingga akan memudahkan diversifikasi baik untuk instrumen di pasar modal maupun pasar uang, artinya investasi dilakukan pada berbagai jenis instrumen seperti deposito, saham, obligasi.
  2. Reksa Dana mempermudah pemodal untuk melakukan investasi di pasar modal. Menentukan saham-saham yang baik untuk dibeli bukanlah pekerjaan yang mudah, namun memerlukan pengetahuan dan keahlian tersendiri, dimana tidak semua pemodal memiliki pengetahuan tersebut.
  3. Efisiensi waktu. Dengan melakukan investasi pada Reksa Dana dimana dana tersebut dikelola oleh manajer investasi profesional, maka pemodal tidak perlu repot-repot untuk memantau kinerja investasinya karena hal tersebut telah dialihkan kepada manajer investasi tersebut.

Seperti halnya wahana investasi lainnya, disamping mendatangkan berbagai peluang keuntungan, Reksa Dana pun mengandung berbagai peluang risiko, antara lain:

  1. Risiko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan
    Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari Efek (saham, obligasi, dan surat berharga lainnya) yang masuk dalam portfolio Reksa Dana tersebut.
  2. Risiko Likuiditas
    Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh Manajer Investasi jika sebagian besar pemegang unit melakukan penjualan kembali (redemption) atas unit-unit yang dipegangnya. Manajer Investasi kesulitan dalam menyediakan uang tunai atas redemption tersebut.
  3. Risiko Wanprestasi
    Risiko ini merupakan risiko terburuk, dimana risiko ini dapat timbul ketika perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan Reksa Dana tidak segera membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti wanprestasi dari pihak-pihak yang terkait dengan Reksa Dana, pialang, bank kustodian, agen pembayaran, atau bencana alam, yang dapat menyebabkan penurunan NAB (Nilai Aktiva Bersih) Reksa Dana.

Dilihat dari portfolio investasinya, Reksa Dana dapat dibedakan menjadi:

  1. Reksa Dana Pasar Uang (Money Market Funds) Reksa Dana jenis ini hanya melakukan investasi pada Efek bersifat Utang dengan jatuh tempo kurang dari 1 (satu) tahun. Tujuannya adalah untuk menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal.
  2. Reksa Dana Pendapatan Tetap (Fixed Income Funds) Reksa Dana jenis ini melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya dalam bentuk Efek bersifat Utang. Reksa Dana ini memiliki risiko yang relatif lebih besar dari Reksa Dana Pasar Uang. Tujuannya adalah untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil.
  3. Reksa Dana Saham (Equity Funds) Reksa dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya dalam bentuk Efek bersifat Ekuitas. Karena investasinya dilakukan pada saham, maka risikonya lebih tinggi dari dua jenis Reksa Dana sebelumnya namun menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi.
  4. Reksa Dana Campuran (Discretionary Funds)Reksa Dana jenis ini melakukan investasi dalam Efek bersifat Ekuitas dan Efek bersifat Utang.

Untuk Reksadana yang mudah, saya menyarankan menggunakan aplikasi Bibit.id

Pada aplikasi Bibit.id, Bibit menggunakan teknologi untuk mempelajari profil kamu. Teknologi kami secara dinamis akan menyesuaikan investasi kamu berdasarkan umur, penghasilan dan toleransi kamu terhadap resiko. Secara otomatis. Siapapun punya kesempatan yang sama untuk investasi dengan optimal sesuai dengan level resiko.

Sedikit Tips untuk Mengatur Keuangan.

  • Buat Rencana Anggaran Mingguan di akhir pekan sebelum minggu yang diharapkan
  • Buat Realisasi Anggaran Mingguan pada akhir pekan dari minggu yang diharapkan
  • LACAK. Tuliskan catatan apa yang terjadi sesuai dengan kenaikan atau penurunan transaksi

Penulis : Fikannisa Deaputri (Ilmu Ekonomi, 2018)

DPL : Alan Prahutama, S.Si, M.Si.