Limbah Melimpah ! Mahasiswa Kenalkan Mikroorganisme Lokal Guna Akselerasi Penguraian Bahan Organik
Pagersari, Bergas (16/7) Berpedoman pada surat edaran yang dikeluarkan pihak Universitas Diponegoro Nomor 3303/UN7.6.1/TU/2021 yang diterbitkan pada Rabu (7/7) mengenai perubahan skema pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tim II periode 2021 menjadi full daring, mendesak mahasiswa memutar otak untuk menentukan metode pelaksanaan program KKN yang paling sesuai dengan target peserta meskipun terdapat keterbatasan interaksi.
Berdasarkan hasil diskusi bersama ketua kelompok tani serta melihat kondisi sosial masyarakat Desa Pagersari khususnya Dusun Kebonombo, Nur Ayuningtiyas (Ayu) salah satu mahasiswa KKN Desa Pagersari menetapkan agenda edukasi dan diskusi melalui Whatsapp group kelompok tani. Edukasi disasarkan pada petani dan peternak yang tergabung dalam Kelompok Tani Mangku Alam yang juga didampingi seorang Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dari Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Bergas.
Persoalan membludaknya limbah peternakan yang belum tertangani dengan baik dijadikan landasan Ayu untuk menginisiasi pembuatan Mikroorganisme Lokal (MOL) dan Probiotik Organik berbahan dasar limbah organik rumah tangga dan limbah pertanian untuk mempercepat proses dekomposisi limbah ternak.
Mikroorganisme merupakan makhluk hidup berukuran sangat kecil yang berperan sebagai dekomposer atau pengurai bahan-bahan organik alam. Namun karena jumlahnya yang tidak sebanding dengan bahan organik yang harus diuraikan, menyebabkan proses dekomposisi memakan waktu yang relatif lama. Diperlukan suatu upaya perbanyakan mikroorganisme yang sifatnya menguntungkan melalui pengembangbiakan MOL dan Probiotik yang juga berbasis pada inovasi pengolahan sampah organik rumah tangga dan pertanian.
Program edukasi pembuatan MOL dan Probiotik berlangsung selama satu pekan, tepatnya pada pekan ketiga kegiatan KKN tanggal 16 – 24 Juli 2021. Jumlah peserta yang tergabung dalam kelompok diskusi telah mencapai target perwakilan anggota yakni sebanyak 10 orang atau 20 persen dari total anggota kelompok tani. Materi edukasi disusun dalam bentuk poster sehingga memudahkan petani memahami mekanisme kerja pembuatan produk. Bukan hanya itu, Ayu juga menyertakan video tutorial pembuatan MOL berbahan dasar nasi basi sebagai media pendukung.
“Bahan dasar pembuatan MOL maupun Probiotik Organik itu ada banyak bapak-bapak tidak hanya nasi basi, dapat diganti dengan buah-buahan atau sayuran busuk, usus ikan atau usus ayam dan juga tapai, yang membedakan hanya dosis bahannya” penjelasan Ayu dalam penyampaian materi.
Meskipun tidak dapat bertatap muka secara langsung, anggota kelompok tani tetap menunjukkan antusiasme yang cukup tinggi pada sesi tanya jawab. “Maaf mbak, bisa praktik kapan ya mbak?” Bapak Muslimin salah satu anggota kelompok tani bertanya disela-sela diskusi berlangsung (21/7). Sangat disayang, lagi-lagi karena situasi PPKM Darurat peluang ini tidak dapat dieksekusi dengan baik karena pelatihan secara langsung belum bisa dijalankan sesuai semestinya.
Selain bertujuan untuk menangani permasalahan limbah peternakan, diharapkan dengan pembiakan mikroorganisme, petani dan peternak dapat berkolaborasi menghasilkan produk yang saling menguntungkan. Petani secara mandiri dapat menyediakan sarana penunjang budidaya dan memangkas biaya produksi melalui substitusi pupuk komersil menjadi pupuk kompos.
Penulis : Nur Ayuningtiyas – Agribisnis
Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Suryanti, M.Pi