Penyuluhan Bahaya Formalin dan Boraks di SD Jraganan

IMG_5636

                    Suasana kelas belum begitu kondusif. Penataan bangku dan meja untuk dibuatkan kelompok-kelompok kecil menjadi tiga dari jumlah 27 siswa kelas 5 SD Negeri Jraganan namun dua di antaranya sakit. Selasa (1/8) program monodisplin mahasiswa jurusan Kimia, Nikhayatul Qibtiyah dilaksanakan di SD Negeri Jraganan. Sebelum edukasi dimulai dengan pemaparan materi menggunakan presentasi dan praktik, acara dimulai dengan ice breaking. Tujuannya agar anak-anak lebih rileks dalam mengikuti edukasi dari awal hingga akhir yang akan ditutup dengan praktik untuk melakukan percobaan. Selama kurang lebih sepuluh menit, ice breaking “Lima Jari” berlangsung dengan antusias yang baik dari siswa-siswa.

            Masuk kepada inti pembahasan, yaitu pemaparan materi mengenai “Bahaya Formalin dan Boraks” oleh mahasiswa. Edukasi ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pelatihan sederhana mengenai makanan berformalin dan mengandung boraks. Selain itu agar anak-anak lebih berhati-hati saat membeli jajanan di luar (dari pedagang-pedagang luar). Edukasi sejak dini, menjadi prioritas utama dalam memberikan pemahanan mengenai bahaya yang akan ditimbulkan jika mengonsumsi makanan/jajanan yang mengandung formalin/boraks dalam jangka pendek dan panjangnya.

            IMG_5686
Seusai pemaparan materi, anak-anak diberikan praktik sederhana untuk menguji makanan yang mengandung boraks atau pun tidak. Langkah awal yang dilakukan adalah dengan menyiapkan bahan-bahan berupa kunyit (sebagai bahan alami yang berguna sebagai penguji), tusuk gigi, makanan yang dicampur dengan boraks dan makanan yang tidak dicampur dengan boraks. Di sini, sample yang digunakan adalah makanan cilok dan agar-agar yang dibuat sendiri oleh mahasiswa. Sampleyang ada kandungan boraks dipisahkan dengan sample tanpa boraks. Kemudian, masing-amsing dari tiga kelompok diberikan semua bahan  penguji tersebut.

            Langkah berikutnya, dilakukan percobaan dengan cara menusukkan tusuk gigi ke kunyit. Masing-masing tusuk gigi yang telah ditusukkan ke kunyit kemudian ditusukkan ke makanan uji (cilok dan agar-agar). Kemudian, ditunggu selama lima menit untuk mendapatkan hasil reaksi yang baik dari percobaan di atas. Makanan yang mengandung boraks akan menimbulkan reaksi perubahan warna pada tusuk gigi. Warna tusuk gigi yang awalnya terang akan menjadi lebih pekat (tua/lebih keorang-orange-an hingga kemerah-merahan). Sedangkan makanan yang tidak mengandung boraks tidak akan menimbulkan reaksi perubahan warna (warna akan tetap sama saat awal terkena kunyit).

            Antusiasme dari anak-anak sangat baik, mulai dari awal edukasi hingga praktik percoban uji kandungan makanan. Seusai praktik, acara ditutup dengan ice breaking untuk meningkatkan semangat dan keceriaan anak-anak. Ice breaking “Ayam” menarik perhatian anak-anak dan gerakan ditirukan oleh semua siswa kelas 5. Di akhir acara, mahasiswa dan siswa-siswa kelas 5 foto bersama di depan kelas serta pembagian jajanan untuk siswa-siswa.