LUAR BIASA !!! MAHASISWA KKN UNDIP BERHASIL “MENYULAP” MINYAK JELANTAH MENJADI LILIN AROMATERAPI YANG BERNILAI EKONOMIS

Semarang (07/02/2022) – Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2019), minyak goreng sisa, bekas dipakai untuk menggoreng. Jelantah merupakan minyak dari sisa hasil penggorengan yang telah digunakan berulang kali. Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang masyarakat Indonesia yang menggunakan jelantah. Oleh karena itu, limbah dari jelantah yang sudah tidak dimanfaatkan oleh masyarakat tersebut dibuang secara sembarangan, misalnya dibuang ke saluran pembuangan yang mengalir ke sungai. Kondisi tersebut sangat memprihatinkan, karena limbah minyak tersebut dapat membuat sungai dan lingkungan sekitar menjadi tercemar. Selain itu jika minyak jelantah jika dikonsumsi secara berulang dapat membentuk aterosklerosis yaitu penyempitan atau penebalan arteri akibat penumpukan lemak, kolestrol atau zat lain pada dinding arteri sehingga berpotensi memicu terjadinya stress oksidatif dan inflamasi. Sifat lipid yang tak tercampurkan dengan air dapat menyebabkan terjadinya penumpukan pada saluran pembuangan sehingga dapat memicu berbagai penyakit bagi tubuh itu sendiri.

Setelah melakukan survei lokasi KKN di Kelurahan Siwalan, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang, ternyata benar warga sekitar masih kurang sadar akan bahaya penggunaan minyak jelantah secara berulang dan membuangnya langsung ke lingkungan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya ditemukan saluran pembuangan atau “got” yang airnya berminyak dan sangat kotor serta beberapa warga juga setelah diwawancarai ternyata mereka sering menggunakan minyak jelantah secara berulang untuk memasak.

Melihat fenomena ini terjadi tentu sangat memprihatinkan, Vajar Arsyid salah seorang mahasiswa KKN Tim I Universitas Diponegoro berinisiatif untuk mengatasi permasalahan dengan cara mengadakan sosialisasi dan praktek pemanfaatkan minyak jelantah menjadi lilin aromaterapi secara mudah, cepat, dan efisien dengan bahan-bahan yang mudah diolah dan tidak berbahaya. Sehingga selain dapat mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, lilin aromaterapi ini juga memiliki nilai jual yang cukup menjanjikan, sehingga dapat menumbuhkan minat berwirausaha bagi warga sekitar apalagi disaat pandemic Covid-19 ini ekonomi warga sangat terpuruk.

Lilin Aromaterapi dari minyak jelantah. (Sumber : galeri penulis)

Untuk menunjang pelaksanaan program ini, Vajar Arsyid melakukan sosialisasi pembuatan lilin aromaterapi dari minyak jelantah kepada ibu-ibu Dasawisma di RW IV, Kelurahan Siwalan, Kecamatan Gayamsari, Kota semarang. Sosialisasi ini dilakukan pada hari Minggu, 6 Februari 2022 bertepat di rumah Bu Sinta selaku ketua Dasawisma RW IV. Sosialisasi ini dimulai dengan membagikan leaflet langkah pembuatan dan Analisa ekonomi.

Leaflet pembuatan lilin aromaterapi dari minyak jelantah. (Sumber : Galeri penulis)
Isi materi leaflet. (Sumber : galeri penulis)
Isi materi leaflet. (Sumber : galeri penulis)

Untuk memperjelas yang tertulis di leaflet, Vajar Arsyid melakukan simulasi atau praktek pembuatan lilin aromaterapi dari pemanfaatan minyak jelantah dan dilanjutkan dengan penjelasn dan aspek ekonominya. Kegiatan Sosialisai ini diakhiri dengan membagikan lilin tersebut dan foto bersama.

Simulasi pembuatan lilin aromaterapi dari minyak jelantah. (Sumber : galeri penulis)
Foto bersama ibu-ibu Dasawisma RW IV Kel. Siwalan. (Sumber : galeri penulis)

“Sosialisasi ini sangat bermanfaat sekali, dan saya juga tertarik untuk mencobanya dirumah nanti, siapa bisa jadi cuan.” Ujar Bu Sinta, selaku Ketua Dasawisma RW IV, Kelurahan Siwalan, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang.

Dengan adanya sosialisasi ini dan antusiasme ibu-ibunya juga cukup tinggi untuk mencoba membuatnya dirumah, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran warga akan bahaya penggunaan minyak jelantah secara berulang dan membuangnya langsung ke lingkungan. Selain itu, dengan adanya sosialisasi dan simulasi pembuatan lilin aromaterapi ini juga diharapkan dapat membantu perekonomian warga dan membuka lapangan pekerjaan baru.

Ditulis oleh : Vajar Arsyid

Dosen Pembimbing Lapangan : Dr. Noer Abyor Handayani, S.T., M.T