Khawatir dengan Kasus Stunting di Dadapsari, Mahasiswa KKN Undip Gelar Edukasi, Konseling, Hingga Salurkan Bahan Makanan
9 Februari 2022, Sakinah Rahman
Semarang (9/2/2022) — Mahasiswa KKN Tim 1 Universitas Diponegoro (UNDIP), Sakinah Rahman, khawatir terhadap kasus stunting yang terjadi di wilayah Kelurahan Dadapsari, Kota Semarang. Semua bermula dari hasil survey lapangan yang dilakukannya, didapatkan data stunting di kelurahan ini pada 2020, 2021, dan awal tahun 2022 berturut-turut sebanyak 45, 35, dan 15 balita. Memang terjadi penurunan, namun angka yang menurun ini tidak hanya karena balita memang sudah tidak stunting tetapi juga beberapa balita sudah melebihi usia 5 tahun sehingga status gizinya sudah tidak terdokumentasi lagi di posyandu. Sakinah semakin prihatin ketika melihat data kesehatan, ternyata kasus diare pun tinggi dan menjadi prioritas masalah di kelurahan ini. Padahal diare merupakan salah satu faktor risiko kejadian stunting. Stunting adalah masalah yang serius, stunting bukan sekedar pendek namun perkembangan otaknya pun ikut terhambat. Bahkan stunting menjadi masalah prioritas pada RPJMN 2020-2024 yang terkait dengan kesehatan.
Prihatin dengan kondisi di wilayah tempat tinggalnya sendiri (Semarang Utara) dan menyadari tanggung jawab sosialnya sebagai mahasiswa, Sakinah tidak hanya tinggal diam. Mahasiswa Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran UNDIP ini menggelar beberapa rangkaian acara. Target rangkaian acara ini yaitu ibu dengan balita di bawah 2 tahun dan ibu kader posyandu Kelurahan Dadapsari. Acara untuk ibu balita dilaksanakan pada Sabtu, 5 Februari 2022 sedangkan acara untuk ibu kader posyandu dilaksanakan pada Selasa, 8 Februari 2022 di Kantor Kelurahan Dadapsari, Semarang Utara, Kota Semarang. Acara ini turut dihadiri oleh Lurah Dadapsari, Ibu Puji Winarni, S.H., Ketua Forum Kesehatan Kelurahan (FKK) Dadapsari, Ibu Mariyatul Kibtiyah, dan Ibu Ketua Forum Posyandu (Forpos) Kelurahan Dadapsari, Ibu Anis.
Acara pertama yang digelarnya yaitu edukasi pencegahan stunting untuk ibu dengan balita di bawah 2 tahun. “Dipilih angka 2 tahun karena inilah golden period dimana hanya pada masa ini saja, stunting bisa dikoreksi,”ujar Sakinah. “Sejalan juga ya dengan program pemerintah dimana percepatan penurunan stunting difokuskan pada pencegahan yaitu pada remaja dan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). 1000 HPK itu dari masa hamil sampai anak usia 2 tahun,”lanjut Sakinah. Edukasi ini menekankan pada 1000 HPK, pentingnya memantau pertumbuhan dan perkembangan anak dengan datang ke posyandu dan mengisi checklist perkembangan di buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), pola asuh terkait makan yang baik untuk balita, serta pentingnya menjaga hygiene dan sanitasi untuk pencegahan stunting. Dilanjutkan dengan acara kedua yaitu konsultasi gizi. Meskipun sudah ada sesi tanya jawab pada program edukasi, Sakinah tetap membuka kesempatan bagi ibu balita apabila ingin melakukan konsultasi gizi secara personal terkait masalah yang dialami ibu dan anak. Selain itu, Sakinah juga membagikan bahan makanan sumber protein hewani berupa telur kepada ibu balita yang hadir. Dimana protein hewani lah yang dapat membantu mencegah terjadinya stunting.
Pada acara berikutnya yaitu penyuluhan Kreasi Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk ibu kader posyandu, mahasiswa berusia 21 tahun ini menggarisbawahi pentingnya protein hewani untuk pencegahan stunting. Sakinah menjelaskan konsep gizi seimbang melalui “Isi Piringku” besutan Kementerian Kesehatan dimana komponen yang tidak boleh diabaikan untuk pencegahan stunting adalah protein hewani. “Kandungan asam amino pada protein hewani itu lengkap. Sedangkan pada protein nabati, asam aminonya kurang lengkap. Protein hewani dapat dikombinasikan dengan protein nabati. Bahkan kebutuhan protein pada anak tiap kilogram berat badan itu lebih tinggi dibandingan dengan orang dewasa, ini yang harus diingat,”ujar Sakinah. Sakinah memotivasi kader untuk terus berkreasi menggunakan bahan makanan sumber protein hewani dengan harga yang relatif terjangkau seperti telur dan ikan lele, serta mengimbau kader untuk jangan sampai memberi frozen food sebagai PMT karena kandungan gizinya yang minim. Satu bahan makanan, telur misalnya, dapat dikreasikan supaya anak tidak bosan. Misalnya omelet sayur, telur ceplok bumbu kuning, telur rebus bumbu kecap. Kreasi telur ini atau bahan pangan hewani lainnya lebih baik kandungan gizinya apabila dibandingkan dengan frozen food. “Saya edukasi juga ya terkait frozen food, karena takutnya masih ada yang menganggap frozen food bisa menjadi pengganti bahan pangan hewani, padahal beda jauh,”imbuh Sakinah. Sakinah juga membagikan e-booklet terkait pencegahan stunting untuk ibu balita dan e-booklet terkait menu kreasi PMT untuk ibu kader posyandu supaya dapat dibaca ulang untuk dapat diterapkan setelah program berakhir.
Kegiatan ini mendapat apresiasi dari Ibu Lurah, Ibu ketua FKK, dan Ibu ketua Forpos karena sudah menjadi cita-cita FKK Dadapsari untuk dapat memberikan edukasi kepada kader terkait PMT dan kepada ibu balita terkait stunting. Setelah program ini, Sakinah berharap kader posyandu dan ibu balita menyadari peran masing-masing dalam percepatan penurunan stunting di wilayah Kelurahan Dadapsari, meningkat pengetahuannya terkait point-point yang telah disampaikan, serta dapat menerapkan apa yang sudah Sakinah sampaikan pada rangkaian acara tersebut.