PENGENALAN BAHASA JEPANG PADA MURID SEKOLAH DASAR DI KUDUS

Jepang merupakan salah satu negara yang dengan nilai GDP (Produk Domestik Bruto) tertinggi di dunia nomor 3 menurut Bank Dunia Dengan jumlah 5 triliun USD (5.000.000.000.000) dan jumlah populasi yang menyentuh angka 125 juta pada tahun 2021, menandakan kalau Jepang adalah satu negara yang bisa dikategorikan maju.

Karena itulah Mahasiswa Universitas Diponegoro dari prodi Bahasa dan Kebudayaan Jepang ini ingin mengenalkan Bahasa Jepang kepada anak Sekolah Dasar Mafatihul Ulum yang berlokasi di Demangan, Kudus, Jawa Tengah.

Kegiatan dimulai dengan memperkenalkan Jepang, seperti di manakah letak Jepang, serta apa nama pulau utama di Jepang, seperti Hokkaido, Honshu, dan lain-lain. Kegiatan dilanjutkan dengan pengenalan singkat sapaan dalam bahasa Jepang, seperti Ohayou gozaimasu untuk selamat pagi, Konnichiwa untuk selamat siang, serta Konbanwa  untuk selamat malam. Selanjutnya mahasiswa memperkenalkan huruf yang ada di Jepang, untuk kali ini huruf yang akan diperkenalkan oleh mahasiswa tersebut adalah Hiragana, lebih spesifiknya lagi pada huruf あ (A) い (I) う (U) え (E) dan お (O) saja karena keterbatasan waktu. Dan yang terakhir, mahasiswa membuka sesi tanya jawab mengenai bahasa Jepang secara bebas, entah itu kosakata dari bahasa Indonesia yang ingin diterjemahkan menjadi bahasa Jepang, atau juga nama murid yang ingin di buat menjadi bahasa jepang, sebagai contohnya ada salah satu anak bernama Elmo yang ingin namanya dibuat menjadi tulisan Jepang, maka mahasiswa pun menulisnya dengan tulisan えるも Erumo.

Acara tersebut berlangsung cukup meriah, terbukti dengan antusiasme para siswa yang sangat giat mengikuti, sampai saat mahasiswa menulis Hiragana para murid meminta izin untuk mengambil buku masing-masing untuk menuliskan huruf Hiragana yang akan mahasiswa tulis hingga proses pengenalan terhenti beberapa menit.

Antusiasme para siswa tidak berhenti sampai di situ saja, saat sudah selesai pun, banyak sekali siswa yang tiba-tiba mendatangi mahasiswa untuk meminta agar nama mereka diganti dalam bentuk huruf Jepang sekaligus juga untuk meminta tanda tangan hingga dua puluh menit berlalu.

Penulis : Hana Taufiqur Rokhman
DPL: Ir. Wahju Krisna Hidayat, M. T