Perang Belum Usai! Mahasiswa KKN Undip dan Aksi Menyadarkan Lingkungan Sekitarnya bahwa Pandemi Masih Ada
Pandemi covid-19 terhitung telah memasuki tahun ketiganya. Sejak pertama kali diumumkan pada akhir 2019 di Kota Wuhan, China, virus ini menyebar dengan cepat ke seluruh penjuru dunia. Hanya dalam hitungan bulan, Badan Kesehatan Dunia kemudian menetapkan covid-19 sebagai pandemi. Penularannya yang sangat mudah dan cepat meniscayakan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat dalam mengatasi pandemi ini. Berbeda dengan citra penanganan sakit pada umumnya yang dibebankan pada tenaga kesehatan semata, penanganan covid-19 mengharuskan semua pihak untuk terlibat bersama.
Sejak itulah prokes atau protokol kesehatan menjadi istilah yang hampir setiap hari didengar oleh semua orang. Anjuran untuk memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas gencar dikampanyekan agar masyarakat menyadari betapa penting dan besarnya peran mereka dalam penanganan pandemi.
Sayangnya, seiring berjalannya waktu banyak pihak yang kemudian seolah menjadi abai terhadap keadaan pandemi dan menganggap anjuran menaati protokol kesehatan tak lagi relevan. Ini sering terjadi setelah kasus mengalami penurunan dan kebijakan pembatasan sosial mulai dilonggarkan. Banyak orang terlihat santai berkumpul di keramaian tanpa menggunakan masker atau memperhatikan jarak aman karena telah merasa memenangkan pertempuran. Mereka tidak lagi melihat urgensi untuk bersikap waspada karena keberadaan pandemi tak lagi terasa.
Inilah yang terjadi di Indonesia. Setelah dihantam oleh gelombang 2 yang dahsyat akibat varian Delta, Indonesia mengalami kemajuan luar biasa dari yang awalnya sempat mencatat penambahan sebanyak lebih dari 50.000 kasus perhari di bulan Juli turun drastis hingga menjadi kurang dari 500 di bulan Desember. Pasca penurunan ini, berbagai pelonggaran mulai diberlakukan. Banyak pihak yang kemudian merasa bebas untuk beraktivitas tanpa mengindahkan protokol kesehatan karena menganggap covid-19 tak lagi mengancam.
Di sinilah peran mahasiswa menjadi penting. Karena dididik untuk selalu kritis atas kondisi lingkungan sekitar, sudah seharusnya fenomena ini dipandang sebagai suatu masalah yang perlu diatasi. Semua pihak harus menyadari bahwa pandemi belum usai dan tidak seharusnya kemenangan sesaat membuat kita menjadi lalai.
Pesan pengingat ini yang dicoba dibawa oleh mahasiswi Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, Ainu Rachmah. Mahasiswi asal Surabaya ini merasa resah melihat banyaknya orang di lingkungan sekitarnya yang tak lagi memerdulikan anjuran protokol kesehatan. Padahal saat ini Indonesia tengah resmi memasuki gelombang ketiga pandemi akibat serbuan varian Omicron.
Keresahan inilah yang kemudian mendorongnya untuk membagikan masker dan hand sanitizer secara gratis kepada masyarakat di lingkungan RT.01/RW.03, Kecamatan Pakis, Kelurahan Sawahan, Kota Surabaya sebagai salah satu program kerjanya dalam menjalankan kegiatan Kuliah Kerja Nyata Universitas Diponegoro tahun 2022. Sesuai dengan tema yang diusung, yaitu Pembangunan Berkelanjutan, semua pihak perlu menyadari bahwa keberadaan pandemi telah menghambat banyak sendi kehidupan serta membawa kerugian yang tak terhitung banyaknya, baik bagi generasi sekarang maupun generasi yang akan datang. Mengatasi pandemi adalah keniscayaan bagi terlaksananya pembangunan berkelanjutan, dan aksi mengingatkan masyarakat sekecil apapun itu bahwa pandemi belum usai adalah salah satu usaha dalam mencapai cita-cita tersebut.