Curhatan para petani Desa Montongsari kepada Mahasiswa KKN Undip
Kendal (31/7) – Menurut KBBI, kata “petani” berarti orang yang pekerjaannya bercocok tanam. Artinya tanpa adanya petani tidak akan ada sawah dan ladang untuk digarap, tidak ada padi dan jagung untuk dipanen, dan tidak ada nasi ataupun roti untuk dimakan. Sungguhlah mulia pekerjaan para petani ini. Namun kenyataannya jauh dari apa yang seharusnya mereka dapatkan. Juru tanam itu tidak mendapatkan hak-hak yang seharusnya mereka dapatkan. Tingginya biaya tanam yang mereka keluarkan tidak sebanding harganya dengan hasil yang mereka tuai.
Mahasiswa KKN Universitas Diponegoro saling berbicara pengalaman masing-masing dengan para petani di Desa Montongsari. Selain untuk mengakrabkan diri dengan para petani, kami juga mencoba untuk mengetahui permasalahan apa saja yang dihadapi para petani yang merupakan salah satu mata pencaharian mayoritas warga Desa Montongsari.
Kami berbicara dengan petani padi di Desa Montongsari. Mereka mengeluhkan harga pupuk yang terlalu tinggi serta bantuan pupuk yang tidak mencukupi kebutuhan untuk tanaman pertanian yang mereka garap. Pupuk subsidi yang seharusnya didapatkan untuk satu bidang sawah garapan hanya cair sebanyak satu-pertiga dari apa yang seharusnya didapat. Hal ini menyebabkan petani harus merogoh kocek lebih dalam untuk mencukupi kebutuhan pupuk tanah mereka dengan membeli pupuk non-subsidi.
Para petani sudah mencoba untuk meracik sendiri pupuk kompos mereka dengan menggunakan limbah peternakan, namun hasilnya jauh dari yang diharapkan. Pupuk kompos perlu reaksi cukup lama untuk berdampak ke tanaman. Belum lagi tumbuhnya rumput di sawah akibat pupuk kompos tersebut akan menambah tugas para petani sehingga harus bekerja dua kali.
Selain itu kami juga berbicara dengan petani jagung di Desa Montongsari. Permasalahannya tidak jauh-jauh juga dari masalah pupuk yang sebelumnya kita bahas. Selain itu adalah permasalahan pasca-panen dimana jagung akan diolah menjadi barang jadi atau setengah jadi. Menurut Pak Supri, desa belum memiliki alat untuk mengolah jagung mentah menjadi tepung jagung sehingga para petani hanya menjual barang mentah ke tengkulak. Tentu apabila jagung tersebut diolah menjadi barang jadi atau setengah jadi akan meningkatkan harga jualnya sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan para petani jagung.
Setelah kami berbicara dengan para petani, mereka sebenarnya sudah dapat memperhitungkan laba-rugi, estimasi biaya dan estimasi pendapatan dari permasalahan diatas. Namun kembali lagi, apabila pemerintah tidak segera mengambil tindakan atas melonjaknya harga pupuk, maka nasib para petani serta ketahanan pangan nasional dapat terancam sehingga diharapkan semua permasalahan yang ada dapat segera diatasi.
Atas dasar itulah kami mencoba mencari solusi atas hal tersebut. Pengembangan desa wisata diharapkan akan bermanfaat juga untuk para petani sehingga dapat meningkatkan harga jual komoditas hasil panen sehingga dapat mensejahterakan para petani dan warga Desa Montongsari.
Penulis : Tim KKN Tematik Desa Montongsari tahun 2022
DPL : Prof. Dr. Sunarti, S.T., M.T.
Lokasi KKN : Desa Montongsari, Kecamatan Weleri, Kabupaten Kendal.