SAMPAH KULIT BUAH, BISA JADI APA?

Screenshot-1182

Jabungan (22/7). Mahasiswa KKN UNDIP melakukan edukasi dan pelatihan pengolahan sampah kulit buah dengan memanfaatkan teknologi fermentasi menjadi produk Eco Enzyme kepada warga RT 02/RW 03 Kelurahan Jabungan. Immaculata (21) memperkenalkan Eco Enzyme sebagai salah satu bentuk dari upaya perwujudan Sustainable Development Goals atau SDGs point 6 (clean water and sanitations) dan point 13 (climate action).

Sampah kulit buah jika tidak dimanfaatkan maka akan membusuk dan menghasilkan karbondioksida serta gas metana yang dapat menyebabkan pemanasan global. Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan sampah kulit buah yaitu dengan mengolahnya menjadi produk Eco Enzyme. Eco Enzyme merupakan cairan serbaguna hasil dari fermentasi sampah organik seperti kulit buah dan sisa sayuran dengan penambahan gula merah dan air. Warnanya coklat gelap dan juga mempunyai aroma fermentasi asam manis yang cukup kuat. Eco Enzyme ini pertama kali ditemukan oleh Dr. Rosukon Poompanvong, peneliti asal Thailand, yang merupakan pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand. Beliau menggagaskan proyek pengolahan enzim dari sampah organik sebagai pembersih organik.

Eco Enzyme bersifat ramah lingkungan karena kandungan alkohol dan/atau asam asetat yang dihasilkan oleh proses metabolisme bakteri yang secara alami terdapat pada sisa kulit buah. Proses fermentasi atau respirasi anaerob dilakukan oleh bakteri untuk memperoleh energi dari karbohidrat dalam kondisi anaerobik (tanpa oksigen) dan dengan alkohol atau asam asetat (tergantung pada jenis mikroorganisme) sebagai hasil sampingnya. Dalam pembuatan Eco Enzyme, baik alkohol, asam asetat, atau keduanya dihasilkan, tergantung pada jenis mikroorganisme yang ada pada potongan sisa kulit buah. Kedua zat tersebut memiliki sifat sebagai disinfektan.

Proses pembuatan Eco Enzyme akan melepaskan gas ozon yang dapat mengurangi karbondioksida di atmosfer yang memerangkap panas di awan. Hal ini dapat mengurangi efek rumah kaca dan pemanasan global. Selain itu, Eco Enzyme memiliki beberapa fungsi lain seperti membantu siklus alam untuk memudahkan pertumbuhan tanaman (sebagai fertilizer), mengobati tanah dan juga membersihkan air yang tercemar karena sifatnya yang mampu memecah konsentrasi air kotor menjadi air bersih. Selain itu bisa juga ditambahkan ke produk pembersih rumah tangga seperti cairan pembersih lantai, shampoo, pencuci piring, deterjen, disinfektan, dan lain sebagainya. Bahkan, Eco Enzyme juga bermanfaat untuk menyembuhkan berbagai penyakit kulit sehingga menjadi salah satu alternatif obat penyembuhan luka bakar maupun gores.

Atas dasar latar belakang tersebut, mendorong Immaculata (21) untuk memperkenalkan Eco Enzyme ini kepada masyarakat RT 02 RW 03 Kelurahan Jabungan, Kota Semarang untuk turut serta membuat Eco Enzyme di rumahnya masing-masing. Immaculata melakukan edukasi dan pelatihan secara door to door kepada warga melalui metode IPTEKS sederhana yang digunakan yaitu poster dan juga membagikan sampel produk Eco Enzyme kepada warga.

Harapannya melalui program KKN ini, masyarakat memiliki keterampilan dalam pengolahan sampah organik menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat dan memiliki nilai tambah sehingga secara perlahan kita bisa mewujudkan tujuan SDGs serta mencapai kelestarian lingkungan yang lebih baik, seperti mengurangnya volume sampah organik serta membersihkan maupun menjernihkan air di sekitar kita.

Penulis: Immaculata Stefania
Dosen Pembimbing Lapangan: Rachma Purwanti, S.KM, M.Gizi