Tingkatkan Kualitas Hasil Pertanian, Mahasiswa KKN UNDIP Berantas Hama dengan Feromon Ramah Lingkungan
Upaya mendukung kehidupan sehat dan sejahtera melalui peningkatan kualitas hasil pertanian, program pemberantasan hama ramah lingkungan dilaksanakan oleh Styviesta Intan Syahputri, mahasiswi KKN TIM II UNDIP Periode 2021/2022. Program pemberantasan hama ramah lingkungan dilakukan dengan menggunakan fermon. Kegiatan ini telah dilaksanakan pada 29 Juli 2022 di area lahan pertanian Desa Sriwedari, Kecamatan Jaken, Kabupaten Pati. Masyarakat Desa Sriwedari mayoritas bermata pencaharian sebagai petani, terutama petani hortikultura. Tidak jarang hasil pertanian yang didapatkan memiliki kualitas yang rendah. Kualitas yang buruk ini seringkali diakibatkan oleh adanya hama, terutama hama ulat dan ngengat.
(Gambar 1. Hama ulat pada tanaman bawang merah)
Program pemberantasan hama menggunakan feromon ini terbilang cukup efisien untuk memudahkan kinerja petani karena hanya memerlukan beberapa alat dan bahan yang mudah ditemukan, antara lain feromon, perekat, bambu, dan tali pengait/kawat.
(Gambar 2. Alat dan bahan perekat feromon)
Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa secara biologis feromon digunakan untuk menarik ngengat jantan dan ngengat tersebut dapat terperangkap sehingga ngengat betina tidak dapat bereproduksi untuk menghasilkan telur ulat. Dalam memberantas hama, petani Desa Sriwedari melakukannya secara manual (tenaga) dengan membuang bagian tanaman yang telah terinfeksi dan cenderung lebih banyak menggunakan pestisida kimia dimana hal ini dalam jangka panjang akan membahayakan tanaman bahkan manusia. Oleh karena itu, program pemberantasan hama menggunakan feromon ini perlu dikembangkan demi meningkatkan kehidupan sehat dan sejahtera karena bersifat ramah lingkungan.
(Gambar 3. Pelaksanaan pembuatan perekat feromon bersama petani bawang merah Desa Sriwedari)
Program ini dilaksanakan bersama dengan petani bawang merah Desa Sriwedari. Proses pembuatan perekat feromon yang digunakan terbilang cukup mudah. Pembuatan perekat feromon diawali dengan mengaitkan kertas perekat dan bambu penopang menggunakan tali pengait/kawat. Kertas perekat dapat berfungsi setelah kertas tersebut dibuka dari penutupnya. Setelah kertas perekat siap, feromon (rubber feromon berwarna hitam) dapat dipasangkan pada kertas perekat dengan melubangi sedikit kertas tersebut. Perekat dapat ditancapkan pada area penanaman bawang merah dengan jarak antar perekat kurang lebih 15 meter.
(Gambar 4. Produk perekat feromon pemberantas hama)
Selama keberjalanan program, petani cukup antusias dikarenakan sejauh ini petani lokal belum begitu mengenal feromon sebagai pemberantas hama. Dengan adanya program pemberantasan hama menggunakan feromon ini, petani berharap hama ulat dan ngengat yang seringkali menyerang tanaman dapat berkurang sehingga hasil panen optimal. Secara tidak langsung, hal ini juga memberikan dampak positif bagi peningkatan ekonomi petani serta peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat.
Penulis: Styviesta Intan Syahputri (Biologi-Fakultas Sains dan Matematika)
Dosen Pembimbing Lapangan: Ocid Mursid, S.T., M.T.