STUNTING MASIH MENJADI PERSOALAN, MAHASISWA KKN UNDIP BERIKAN PEMAHAMAN STUNTING KE MASYARAKAT
Duren Sawit (22/07/22) – Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis karena kurangnya asupan gizi dalam waktu yang lama, berakibat pada gangguan pertumbuhan anak, salah satu cirinya adalah tinggi badan anak lebih rendah atau pendek dari standar anak-anak seusianya (Kemenkes, 2018).
(Gambar 1. kegiatan sosialisasi pencegahan stunting di BKB-PAUD PKK RW 09)
Seperti diketahui, stunting masih menjadi salah satu permasalahan yang menghalangi potensi optimal anak-anak sebagai penerus generasi Bangsa Indonesia. Tiga dari 10 anak Indonesia diperkirakan mengalami stunting pada 2021. Meski hasil survey status gizi menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun, jumlah anak stunting sangat bervariasi antar daerah dan masih dikategorikan sebagai masalah kesehatan masyarakat berat menurut ambang batas WHO yaitu 20 persen. Untuk itu, berbagai strategi nasional telah ditetapkan pemerintah sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dan Peraturan Presiden No 72 tentang Percepatan Penurunan Stunting dengan target penurunan hingga 14 persen pada 2024. Upaya dari berbagai pihak, termasuk penyusunan materi edukasi, penting dilakukan untuk mempersiapkan Generasi Emas Indonesia pada 2045.
Namun, dalam upaya mengatasi masalah stunting bukan hanya tugas pemerintah, namun kolaborasi dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk mewujudkan upaya percepatan penurunan stunting nasional. Oleh karena itu, mahasiswa KKN Undip menggalakkan sosialisasi Cegah Stunting agar dapat memberikan edukasi dan pemahaman kepada masyarakat yang mencakup informasi dasar dan pemahaman umum tentang stunting seperti menangani anak-anak yang mengalami picky eater, pola asuh, pemberian makanan tambahan (PMT) pada balita dan ibu hamil, kebutuhan gizi ibu hamil dan menyusui, dan sanitasi dan air bersih yang dilakukan di BKB-PAUD PKK RW 09.
(Gambar 2. Dokumentasi kegiatan sosialisasi pencegahan stunting bersama para peserta)
Penyebab stunting sendiri diantaranya adalah
1. Asupan saat hamil kurang bergizi dan berkualitas, yang berdampak pada kondisi pertumbuhan anak ketika lahir. Seperti yang disebutkan WHO, sekitar 20 persen stunting terjadi saat bayi masih berada di dalam kandungan.
2. Kebutuhan gizi anak tak tercukupi. Kurangnya kebutuhan gizi bisa didasari seperti tak mendapat ASI eksklusif serta makanan pendamping
ASI (MPASI) yang diberikan kurang bergizi atau berkualitas.
3. kurangnya pengetahuan ibu hamil terkait gizi sebelum hamil, saat hamil, dan setelah melahirkan
4. Terbatasnya akses pelayanan kesehatan, termasuk layanan kehamilan dan postnatal atau khusus untuk setelah melahirkan.
5. Kurangnya akses air bersih dan sanitasi, serta kurangnya akses makanan bergizi yang tergolong masih mahal.
Meski kasus stunting menjadi permasalahan global, tetapi stunting sendiri sebenarnya bisa dicegah yaitu memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil, bayi mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan, menjaga kebersihan lingkungan, dan pemberian makanan tambahan (PMT). Mahasiswa KKN Undip sendiri selain memberikan sosialisasi ke masyarakat juga memberikan contoh PMT yang baik yaitu berupa steak tempe. Selain itu dari puskesmas Duren Sawit juga memiliki program yang digalakkan berupa pemberian tablet tambah darah untuk remaja putri smp-sma untuk mencegah anemia, kelas ibu hamil di puskesmas, tablet penambah darah atau zat besi, KP (Kelompok Pendukung) Ibu Hamil dan Menyusui, dan pemberian vitamin A untuk balita.
(Gambar 3. Ahli gizi puskesmas mencoba steak tempe sebagai Pemberian Makanan Tambahan (PMT))
Kelompok KKN Kelurahan Duren Sawit
1. Aditya Hary Prastyo
2. Alethiary Famosani
3. Christin Alvionita
4. Muhammad Farhan Alfiadi
5. Kevin Pierre Makoto Siahaan
Kelompok Kelurahan Duren Sawit
DPL : Yayuk Astuti, S.Si., Ph.D.
Lokasi : Kelurahan Duren Sawit