“Am I Stressed Or Depressed?” Mengenal Depresi Lebih Dekat Dengan Mahasiswi KKN Undip Tim 2 (2021/2022) Melalui Psikoedukasi Kelompok
Jakarta (12/8/2022) Angka kasus depresi di dunia mencapai tingkat yang cukup mengkhawatirkan. Menurut World Health Organization, diperkirakan 280 juta orang di dunia mengalami depresi. Padahal, depresi dapat menyebabkan disabilitas pada penderitanya. Tidak hanya itu, depresi dapat menyebabkan bunuh diri. Lebih dari 700.000 orang di dunia meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, menurut Kementerian Kesehatan, 3 dari 5 orang berusia 15-24 tahun diperkirakan mengalami depresi. Hal tersebut menjadikan kelompok remaja dan dewasa awal sangat rentan dengan depresi dan juga bunuh diri. Survey lain yang dilakukan Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa 1 dari 20 anak dari kelompok pelajar SMP dan SMA mengaku memiliki keinginan bunuh diri.
Berangkat dari permasalahan tersebut, mahasiswi KKN Undip, Valiannisa Cik Bermani atau Valia, terdorong untuk melakukan program psikoedukasi kelompok mengenai depresi. Mengingat tahap usia remaja memiliki kecenderungan depresi dan pikiran bunuh diri yang cukup tinggi serta banyaknya tekanan akademik, maka sasaran program ini adalah siswa SMA, tepatnya di SMAN 98 Jakarta.
Program ini dibagi menjadi 2 sesi yang dilakukan dengan jarak 1 minggu dari satu sesi ke sesi lainnya. Materi yang dibawakan dalam program ini meliputi definisi gangguan depresi, prevalensi, penyebab, gejala, langkah pencegahan, dan langkah penanganan pertama. Kegiatan yang dilakukan dalam program ini selain ceramah tatap muka adalah diskusi berkelompok. Diskusi ini dilakukan dua kali, yang terdiri dari studi kasus dan small group discussion. Adanya diskusi ini dilakukan untuk memperkuat wawasan siswa terhadap gangguan depresi.
Siswa SMAN 98 Jakarta menyambut baik program ini. Hal tersebut ditunjukkan dari antusiasme dan atensi mereka ketika program diselenggarakan. Siswa SMAN 98 Jakarta juga memberikan komentar positif terhadap program ini, seperti penjelasan dalam program teliti dan mudah dimengerti, bermanfaat, dan lain sebagainya.
Penutupan program diakhiri dengan pemberian modul program kepada SMAN 98 Jakarta sebagai inventaris. Harapannya, program ini dapat bersifat sustainable dan dilakukan kembali untuk generasi SMAN 98 Jakarta berikutnya.
Penulis: Valiannisa Cik Bermani (Psikologi – Fakultas Psikologi)