30% Balita di Desa Pagerkasih Alami STUNTING! Mahasiswa KKN UNDIP Ajak dan Ajarkan Warga Cara Membuat Puding dari Daun Kelor Sebagai Salah Satu Sarana Pencegahan Stunting
Stunting pada balita merupakan salah satu permasalahan serius yang sedang dihadapi oleh berbagai negara berkembang di dunia, termasuk Indonesia. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang ditandai dengan tubuh pendek. Balita yang menderita stunting cenderung rentan terhadap penyakit, memiliki tingkat kecerdasan di bawah normal, dan produktivitas yang rendah.
Menurut data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan bidan desa, sebanyak 49 balita atau setara dengan 30% balita di Desa Pagerkasih mengalami stunting. Hal ini tentu menjadi perhatian yang serius bagi Pemerintah Desa Pagerkasih. Pemerintah serta bidang-bidang terkait perlu menanggapi dengan serius fenomena ini supaya permasalahan stunting dapat teratasi dan tidak mengancam kualitas masa depan sumber daya manusia Desa Pagerkasih.
Mahasiswa tim II KKN UNDIP tahun 2021/2022 juga ikut ambil bagian dalam membantu penyelesaian masalah stunting di Desa Pagerkasih dengan mengadakan program multidisiplin, “Edukasi Mengenai Stunting serta Demo Pembuatan Puding Daun Kelor Sebagai Salah Satu Sarana Pencegahan Stunting”. Target sasaran dalam program kerja ini cukup banyak, mencakup kader posyandu, ibu hamil, dan juga balita. Rangkaian kegiatan pun cukup banyak. Pertama, ikut membantu kegiatan posyandu Dukuh Suren dan Dukuh Gamping pada tanggal 18 dan 19 Juli 2022, dalam kegiatan tersebut mahasiswa KKN membantu kegiatan posyandu dan ikut membagikan puding daun kelor kepada balita dan ibu hamil serta meminta beberapa testimoni. Kegiatan kedua dilaksanakan ketika perkumpulan kader posyandu pada tanggal 25 Juli 2022. Dalam perkumpulan kader posyandu tersebut, mahasiswa ikut membagikan poster edukasi mengenai stunting serta poster dan demo pembuatan puding daun kelor. Di akhir demo pembuatan, mahasiswa juga membagikan puding daun kelor kepada kader-kader posyandu. Mahasiswa mendapatkan respon positif dari beberapa testimoni rasa puding daun kelor tersebut.
Daun kelor sendiri memang dikenal memiliki gizi yang tinggi dan dapat menjadi penambah gizi bagi anak-anak dan dewasa. Desa Pagerkasih juga memiliki postensi daun kelor yang cukup banyak. Karena itu, olahan daun kelor dipilih mahasiswa untuk menjadi program inovasi pencegahan stunting. Selain itu, juga terdapat beberapa keunggulan dari pembuatan puding daun kelor sendiri. Pertama, alat dan bahan yang cukup mudah ditemukan di sekitar Desa Pagerkasih. Bahan-bahan untuk membuat puding daun kelor cukup mudah ditemmukan, seperti susu full cream, agar-agar plain, gula pasir, ekstrak vanili, dan juga daun kelor. Cara pembuatannya pun cukup mudah. Pertama rebus daun kelor sebentar saja (beberapa detik), kemudian blender daun kelor dengan ditambah sedikit susu cair, kemudian saring campuran daun kelor tersebut. Siapkan panci untuk memasukkan susu cair, agar-agar plain, gula pasir, dan ekstrak vanili, aduk hingga semua tercampur rata. Kemudian, campurkan ekstrak daun kelor ke dalam panci tersebut, aduk kembali hingga rata. Terakhir, masak semua bahan tersebut dengan api kecil cenderung sedang hingga mengental. Puding pun dapat didiamkan dan disajikan ketika sudah dingin dan mengeras. Berbagai rincian, takaran alat dan bahan, serta cara pembuatan sudah dirangkum dalam poster yang dibagikan mahasiswa kepada kader-kader posyandu Desa Pagerkasih.
Harapannya, melalui edukasi serta demo pembuatan puding daun kelor ini, masyarakat khususnya kader posyandu dan ibu rumah tangga sadar bahwa terdapat potensi gizi dari daun kelor yang dapat dimanfaatkan untuk menambah dan meningkatkan gizi pada anak dan keluarga. Selain itu, hal ini juga dapat dimanfaatkan untuk menjadi ide bisnis atau ide berjualan, mengingat belum ada yang membuat puding dari daun kelor sebelumnya.
Penulis: Devi Claudia (12020119120039/ Fakultas Ekonomika dan Bisnis)
DPL: Solikhin, S.Si., M.Sc.
Lokasi: Desa Pagerkasih, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal