Dari Suhu Ekstrim hingga Terancam Tenggelam! Mahasiswi UNDIP Gaungkan Akibat Perubahan Iklim di Kelurahan Tawangmas Bila Terus Diacuhkan
Perubahan iklim atau climate change merupakan permasalahan global yang dihadapi seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Perubahan iklim tidak hanya melibatkan pemanasan global (global warming), namun juga kenaikan permukaan air laut, musnahnya habitat satwa liar, dan berbagai permasalahan lainnya. Berdasarkan data dari Amnesty International, perubahan iklim paling besar disebabkan oleh kenaikan suhu/temperatur bumi akibat meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca. Kegiatan-kegiatan lain seperti pembukaan lahan pertanian/agrikultur juga mendorong terjadinya perubahan iklim sehinga konsentrasi gas rumah kaca di bumi saat ini mencapai titik tertingginya dalam 800.000 tahun terakhir.
Akibat dari perubahan iklim juga sangat merugikan bumi dan segala isinya. Dalam lingkup global, semakin banyak negara terdampak heatwave, air bersih/bahan makanan menjadi semakin langka, perubahan curah hujan yang signifikan menyebabkan badai yang lebih hebat dan memperbesar kemungkinan menyebarnya penyakit-penyakit seperti DBD, malaria, serta kolera. Mempertimbangkan alasan-alasan tersebut, Imanuela Fransesca (Prodi Hubungan Internasional) sebagai salah satu anggota Tim II KKN Universitas Diponegoro Periode 2021/2022 memberikan edukasi mengenai Perubahan Iklim (Climate Change) melalui penyuluhan langsung kepada PKK Kelurahan Tawangmas, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang pada hari Jumat (05/08/2022).
Kegiatan penyuluhan tersebut diikuti oleh 20 orang anggota PKK Kelurahan Tawangmas yang terlihat sangat antusias. Hal ini ditunjukkan dari reaksi dan respon mereka ketika mendengarkan penjelasan Imanuela ketika memaparkan bagaimana penyakit DBD yang banyak menjadi kekhawatiran orangtua bisa disebabkan oleh perubahan iklim dan adanya kemungkinan “tenggelamnya” Kelurahan Tawangmas di tahun-tahun mendatang. Kelurahan Tawangmas sendiri sedang gencar-gencarnya melakukan kegiatan Pemberantasan Jentik Nyamuk (PJN) untuk mencegah penyakit DBD. Selain itu, lokasi Kelurahan Tawangmas yang berada di pesisir bisa mengancam pemukiman penduduk tenggelam akibat naiknya permukaan air laut di tahun-tahun mendatang bila tidak ada perubahan dari cara penduduk menjaga lingkungan.
“Menarik sekali ya. Tidak pernah terpikir kalau curah hujan yang sulit diprediksi bisa meningkatkan kemungkinan menyebarnya penyakit DBD. Masuk akal sih, karena curah hujan tinggi juga berarti banjir dan genangan air semakin banyak.” Ujar Bu Erna, anggota PKK dari RW 07.
“Akibatnya banyak ya, Nok. Parahnya lagi yang tenggelam-tenggelam itu. Lihat gambar ada kota-kota di provinsi lain yang sudah tenggelam juga buat kami ini mikir lagi. Hujan dikit saja banjirnya gede banget… Gimana nanti kalau curah hujannya semakin tinggi atau air lautnya naik terus. Pantes rumah disini susah lakunya juga akhir-akhir ini.” Ujar Bapak Bowo, warga RW 7.
Dengan sosialisasi dan edukasi ini, Imanuela berharap dapat meningkatkan kesadaran warga di Kelurahan Tawangmas akan isu perubahan iklim yang bila tidak segera ditangani akan semakin parah. Tentu saja keterlibatan satu orang tidak akan membawa perubahan signifikan pada bumi ini. Namun demikian, penanganan isu besar seperti ini membutuhkan partisipasi semua orang dari berbagai negara hingga lingkup terkecilnya, yaitu dari lingkup individu. Bila masyarakat nasional dan internasional bersatu tangan dalam komitmen yang sama, maka cepat atau lambat hasilnya akan bisa dirasakan semua orang. Untuk bumi yang lebih sehat dan lestari!
#KKNTimIIUNDIP2022
#p22kknundip
#lppmundip
#Undip
Penulis : Imanuela Fransesca Micheline
Dosen Pembimbing Lapangan : Rosa Amalia, S.Pi,. M, Si.
Lokasi : Kelurahan Tawangmas, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang