KOK BISA? NYAMUK MATI HANYA KARENA BUAH JERUK
Akhir – akhir ini, produksi jeruk diperkirakan meningkat seiring dengan kesadaran masyarakat akan salah satu khasiat jeruk, yakni terbukti dapat meningkatkan imunitas tubuh. Peningkatan produksi jeruk ini tentunya akan mengakibatkan penumpukan limbah kulit jeruk yang hingga saat ini belum banyak orang yang memanfaatkannya. Padahal, limbah kulit jeruk memiliki potensi untuk dimanfaatkan dan dikembangkan menjadi hal yang lebih bernilai. Daripada jika dibiarkan limbah kulit jeruk bisa berdampak negatif terhadap keseimbangan ekosistem air dan darat seperti menghalangi suplai oksigen dalam air yang pada akhirnya merusak biota perairan.
Di saat yang sama, banyak terjadi kasus demam berdarah di Semarang. Salah satunya di daerah yang memiliki aliran air panjang yang keruh dimana merupakan potensi tempat jentik nyamuk berada. Pihak kelurahan sudah mengadakan program pembasmian jentik nyamuk dan didapatkan bahwa jentik nyamuk masih banyak pada daerah tersebut.
Beranjak dari permasalahan tersebut, Muhammad Raihan mahasiswa S1 Kimia dari Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro melakukan pencerdasan mengenai pengolahan kulit jeruk menjadi sebuah produk pembasmi serangga sebagai bentuk optimalisasi pengolahan limbah kulit jeruk yang dihasilkan. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Jumat, 5 Agustus 2022 di RT 01/RW 13, Desa Jomblang, Semarang dan dihadiri oleh 46 orang di daerah tersebut.
“Berhubung limbah kulit jeruk itu berbahaya bila dibiarkan menumpuk, maka dibuatlah inovasi dalam mengolah limbah tersebut menjadi spray anti serangga dan nyamuk. Lagi pula, di Indonesia pun kasus demam berdarah juga sedang mengalami kenaikan sehingga limbah kulit jeruk ini akan semakin berguna.” ungkap Raihan saat penyampaian materi.
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa hal ini merupakan sebuah inovasi yang dapat bermanfaat dan mengurangi dampak negatif dari limbah kulit jeruk. Dimana dalam sebuah studi, kulit jeruk diketahui mengandung 90 hingga 95 persen konsentrasi limonene, yakni bahan kimia yang beracun bagi nyamuk, lalat, dan serangga lainnya.
Selain dilakukan pencerdasan, dilakukan juga pelatihan berupa demonstrasi pembuatan spray pembasmi serangga. Dimana pembuatan produk ini dinilai cukup mudah dibuktikan dengan peserta yang bisa mengikuti penjelasan dengan baik. Cukup dengan langkah sederhana, yaitu pertama dengan memasukkan kulit jeruk dari satu buah jeruk dan air sebanyak 300 mL ke dalam blender dan dihaluskan, kemudian larutan yang ada dalam blender disaring dan dimasukkan ke dalam botol spray. Produk siap digunakan dengan menyemprotkan ke ruangan yang terdapat banyak serangga.
“Saya sangat berterima kasih atas bantuan berupa ilmu dan alatnya, karena di rumah saya juga masih ada tanah di lapisan bawah air ketika setelah ditimba. Dengan adanya alat ini, semua kotoran seperti tanah yang saya keluhkan bisa tersaring dan menumpuk di dalam botol yang berisi filter ini. Dan dengan adanya booklet ini, sangat membantu saya dalam mengurangi masalah – masalah yang berkaitan tentang air bersih dan mengusir jentik nyamuk” Ujar Ibu Sugianti selaku peserta sosialisasi mengenai pembasmi serangga menggunakan limbah kulit jeruk
Kegiatan ini menuai banyak respon positif dari masyarakat. Adanya kegiatan ini dan antusiasme peserta yang cukup tinggi untuk mempraktekannya, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran warga akan dampak negatif yang ditimbulkan dari limbah kulit jeruk yang menumpuk. Selain itu, pencerdasan dan pelatihan ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai inovasi bagi ibu rumah tangga untuk memanfaatkan kulit jeruk menjadi bernilai ekonomis.