Sangat Mulia! Mahasiswa Undip ini Memberikan Pelatihan Bahasa Inggris Gratis Guna Meningkatkan Kualitas Tour Guide

R2

Sragen (4/8/2022) – Menjadi seorang tour guide tentunya melibatkan banyak interaksi dengan orang lain di tempat wisata. Selain dituntut untuk memiliki skill sosial yang tinggi, pastinya harus memiliki skill berkomunikasi yang cukup memadai juga. Salah satu skill berkomunikasi yang sangat penting untuk tour guide adalah mampu menerjemahkan, baik itu bahasa asing ke bahasa lokal maupun sebaliknya. Oleh karena itu, sangat penting untuk menguasai bahasa asing guna menunjang. Terlebih lagi jika tempat wisata yang bersangkutan sangat berpotensi untuk dikunjungi turis asing, seperti museum Sangiran yang terletak di Kabupaten Sragen.

Sangat disayangkan melihat fakta bahwa hampir sebagian besar anggota komunitas tour guide museum Sangiran tidak bisa berbahasa Inggris. Padahal museum Sangiran sudah bertaraf internasional dan diakui oleh UNESCO. Dengan adanya masalah ini, seorang Mahasiswa Tim II KKN Undip yang bernama Irda Puspita Dewi berinisiatif memberikan pelatihan bahasa Inggris bagi komunitas tour guide untuk peningkatan kualitas. Pelatihan ini dijadikan sebagai penerapan SDGs nomor 4 tentang kesempatan belajar seumur hidup bagi semua dan poin nomor 8 mengenai pertumbuhan ekonomi yang inklusif.

Pelatihan tersebut diikuti oleh komunitas tour guide yang beranggotakan 12 orang, namun hanya 5 orang yang bersedia untuk hadir. Alasan mereka untuk tidak hadir beragam, diantaranya adalah mereka merasa sudah terlalu berumur untuk mempelajari bahasa Inggris dan takut dengan embel-embel ‘belajar’. Selama pelatihan berlangsung, peserta nampak senang dan tidak tegang sama sekali. Bahkan mereka cukup aktif bertanya dan berdiskusi. Untuk pertemuan pertama, materi yang disampaikan dimulai dari yang paling dasar yaitu ‘part of speech’ dan ‘greeting’. Meskipun nampaknya mudah dan sederhana, beberapa dari mereka masih merasa sedikit asing dengan materi tersebut. Dalam pelatihan tersebut, peserta diminta untuk mempraktekkan perkenalan dan sapaan satu persatu dengan bahasa Inggris. Selanjutnya, salah satu peserta memberikan materi tentang Sangiran kepada pelatih agar bisa diterjemahkan ke bahasa Inggris dan digunakan sebagai materi pertemuan kedua. Meskipun kebanyakan pesertanya sudah paruh baya, mereka sangat mudah untuk akrab dengan pelatih. Bahkan pelatih juga bergabung dengan group chat di Whatsapp yang berisikan anggota tour guide dengan tujuan bisa berdiskusi lebih di luar jam pelatihan. Jadi, jam belajarnya sangat fleksibel dan akan berlanjut meskipun KKN sudah selesai. Dengan kata lain, pelatihan ini bukan hanya sekedar formalitas KKN, namun juga benar-benar memberdayakan masyarakat. Sangat mulia, bukan?

R1

(Gambar 1. Pelaksanaan Pelatihan)

“Kalau tidak ada pelatihan semacam ini, pastinya kami tidak akan belajar bahasa Inggris, jadi kami cukup terbantu” ucap pak Sukoco, salah satu peserta pelatihan. Meskipun jumlah peserta dapat dihitung dengan jari, tapi mereka cukup aktif dan antusias saat mengikuti pelatihan karena pelatihan tersebut berfokus pada diskusi.

“Kami harap pelatihan ini dapat berlanjut karena masih banyak yang belum bisa bahasa Inggris. Ya itu kalau mbaknya tidak keberatan,” harap pak Tanto, tour guide senior di Sangiran.

Penulis : Irda Puspita Dewi (Sastra Inggris – Fakultas Ilmu Budaya)
DPL : Oktavianto Eko Jati, S.Pi., M.Si.
Lokasi : Desa Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen