BUKAN SULAP BUKAN SIHIR : MINYAK BEKAS DIRUBAH MENJADI PRODUK BERNILAI JUAL
Desa Banyuwangi (31/7) Minyak bekas pakai atau sering disebut minyak jelantah selalu menjadi limbah cair dalam setiap rumah tangga. Selain rumah tangga, sebagian besar umkm di Desa Banyuwangi yang merupakan produsen krupuk rambak dan abon ayam, selalu menghasilkan limbah minyak bekas hingga berliter-liter setiap harinya.
Mahasiswa KKN TIM II UNDIP yang berasal dari jurusan Teknik Lingkungan dan Administrasi Bisnis menemukan cara untuk memanfaatkan limbah minyak tersbeut menjadi sebuah produk bernilai guna dan bernilai jual. Pada pertemuan PKK Desa Banyuwangi, dilakukan sebuah pelatihan sekaligus demonstrasi cara pembuatan minyak jelantah menjadi lilin aromaterapi.
Kegiatan yang dilaksanakan pada Minggu, 31 Juli 2022 di Balai Desa Banyuwangi tersebut dihadiri oleh 20 ibu-ibu PKK Desa Banyuwangi, kegiatan tersebut mendapat respon yang positif, pembuatan lilin aromaterapi tersebut dianggap menjadi sebuah solusi jitu dalam pemanfaatan minyak jelantah. Terlebih lagi produk lilin aromaterapi tersebut dapat diperjual belikan dengan harga yang cukup tinggi disesuaikan dengan kreatifitas dalam proses menghias lilin tersebut.
Proses pembuatan lilin aromaterapi tersebut juga tidak memerlukan biaya dan tenaga yang besar, bahan utama yang diperlukan hanyalah minyak dan asam stearate, untuk proses menghiasnya dapat ditambahkan dengan krayon yang berfungsi sebagai pewarna.
Sedangkan untuk proses penjualan dapat dilakukan melalui pemasaran secara digital, antara lain melalui media sosial, e-commerce, marketplace dll. Oleh karena itu diperlukan pelatihan lanjutan terkait pemasaran produk secara digital untuk membantu warga dalam memasarkan produknya.
Harapan para mahasiswa setelah dilaksanakan kegiatan tersebut adalah para ibu-ibu terutama yang mengikuti pelatihan dapat memanfaatkan ilmu yang didapat dengan mencoba membuat lilin aromaterapi secara mandiri hingga menjual produk tersebut. Potensi yang dimiliki Desa Banyuwangi cukup besar, melihat banyak minyak jelantah yang dihasilkan serta ibu-ibu yang sebagian besar merupakan ibu rumah tangga sehingga dapat mengisi waktunya dengan menciptakan produk dan menjadi penghasilan tambahan.
Penulis : Riski Setiadi Wibowo – Administrasi Bisnis/ Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik – Universitas Diponegoro