Mencoba Menggali Lagi Sejarah Desa Gebangsari

Gebangsari merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Klirong, Kabupaten Kebumen. Desa Gebangsari terdiri dari 4 RW, 4 pedukuhan, dan masing-masing RW terdiri dari 3 RT. Potensi besar Desa Gebangsari adalah kerajinan gerabah, kerajinan bata merah serta agrowisata jambu kristal. Selaiin tingginya potensi desa, ada juga cerita sejarah lokal yang sangat menarik untuk ditelisik.
Singkatnya Desa Gebangsari yang terdiri dari dukuh Krajan, Dungpring, Tengahan dan Jana dulunya merupakan sebuah wilayah yang akan dijadikan kerajaan oleh anak keturunan dari kerajaan Mataram Islam, tepatnya di dukuh Krajan. Seorang anak selir yang melarikan diri kearah barat menetap di salahsatu wilayah Gebangsari. Anak yang masih memiliki darah kerajaan tersebut bernama Prabu Jaka. Sang prabu yang sudah mempersiapan wilayah serta keperluan-keperluan seperti punggawa, keraton, pasukan, dan lain sebagainya akhirnya harus tumbang oleh utusan Keraton Mataram untuk mencegah terbentuknya keraton baru di wilayah Mataram.
Berikut merupakan cerita singkat yang dihimpun dari narasumber mengenai sejarah Gebangsari. Kurangnya narasumber untuk dimintai keterangan sejarah lokak ini menyebabkan cerita terlalu subjektif, tidak bisa dipungkiri lagi dari kurangnya narasumber menyebabkan sudutpandangnya terlalu sempit. Untuk mendapatkan informasi mengenai sejarah lokal ini setidaknya kami melakukan dua kali wawancara terhadap sesepuh dan narasumber yang mampu mengetahui sejarah Gebangsari dengan sudut pandang supranatural. Wawancara pertama dilakukan di rumah Ibu Pipin pada senin 18 juli 2022, selanjutnya adalah wawancara dengan Mbah Midan yang merupakan sesepuh Desa Gebangsari pada selasa 26 juli 2022.
Penulisan sejarah lokal ini bertujuan agar generasi muda khususnya Desa Gebangsari dapat mempelajari sejarah lokal, hal tersebut dapat dibenarkan karena miat untuk mengetahui sejarah dimasa ini sangat rendah. Generasi muda harus bisa mencintai sejarah karena sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ir. Sokarno “bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya”.