Mahasiswa KKN Tematik UNDIP X UNICEF Lakukan Pendampingan Gizi Balita Pasca Imunisasi dan Screening Kondisi Kesehatan Balita Pra Imunisasi dalam Upaya Meminimalisir KIPI di Desa Kalipucang Kulon Kabupaten Jepara

Pemerintah berkomitmen kuat mewujudkan eliminasi penyakit campak dan mengendalikan penyakit rubella serta kecacatan bawaan akibat rubella atau Congenital Rubella Syndrome di Indonesia pada tahun 2023. Untuk mewujudkan eliminasi dan pengendalian kedua penyakit ini ditempuh strategi nasional pencanangan bulan imunisasi anak nasional dan pemberian imunisasi MR tambahan atau catch up campaign untuk anak usia 9 bulan sampai dengan kurang dari 5 tahun, diikuti peralihan pemakaian vaksin campak menjadi vaksin Measles Rubella (MR) ke dalam program imunisasi.

Vaksin yang digunakan dalam program imunisasi nasional termasuk vaksin MR untuk imunisasi MR sangat aman dan efektif, namun demikian seiring dengan meningkatnya jumlah vaksin yang diberikan, akan muncul Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). KIPI merupakan kejadian medis yang terjadi setelah pemberian imunisasi dan diduga berhubungan dengan imunisasi. Untuk itu diperlukan kajian dari tim ahli yang independen untuk menilai apakah ada kaitan dengan imunisasi atau tidak.

Penyuluhan Pentingnya Pemenuhan Gizi Balita Pasca Imunisasi Pada Ibu Asuh

Dalam upaya meminimalisir kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang terjadi setelah pemberian imunisasi maka sebelum diimunisasi perlu dilakukan screening kondisi kesehatan balita yang menjadi sasaran imunisasi, apakah dalam keadaan sakit atau tidak dan mengalami demam atau tidak. Jika balita dalam keadaan sakit dan tidak memungkinkan untuk dilakukannya imunisasi maka imunisasi dapat ditunda hingga kondisi balita sehat. Pentingnya edukasi terkait mitos dan fakta imunisasi terutama kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang menjadi kekhawatiran ibu asuh ketika akan membawa anaknya untuk diimunisasi. Edukasi dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terkait stigma imunisasi yang beredar di masyarakat, terutama ibu asuh yang memiliki anak berusia 9 – 59 bulan guna memaksimalkan target capaian program BIAN (Bulan Imunisasi Anak Nasional) tahun 2022.

Pentingnya bagi para ibu balita mengawasi gizi anak pasca imunisasi. Menurut Menkes, salah satu penyebab stunting meningkat signifikan pada usia 6 sampai 23 bulan yang diakibatkan kekurangan protein hewani pada makanan pendamping ASI (MPASI) yang mulai diberikan sejak usia enam bulan, sehingga intervensi setelah kelahiran untuk anak-anak yang ASI-nya sudah selesai adalah memberikan makanan tambahan telur satu dan susu. Protein hewani mengandung asam amino esensial yang lebih lengkap yang bermanfaat mendukung pembentukan semua hormon pertumbuhan. Pemenuhan protein hewani misalnya telur, ikan, hati ayam, atau produk susu lainnya wajib diberikan di periode MPASI mulai usia 6 bulan sampai dengan 2 tahun. Jika anak tidak mendapatkan gizi yang seimbang maka akan berdampak pada tumbuh kembang anak dan bisa juga terjadi gangguang kesehatan. Maka dari itu perlunya pengetahuan mengenai gizi penunjang imunitas anak terutama pasca imunisasi. 

Pemberian Susu dan Roti Kepada Balita Pasca Imunisasi

Dalam rangka turut mensukseskan program nasional Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN), Mahasiswa KKN Tematik UNDIP X UNICEF melakukan pendampingan gizi balita pasca imunisasi dengan mengedukasi pentingnya pemenuhan gizi bagi tumbuh kembang anak dan screening kondisi kesehatan balita pra imuniasai dalam upaya meminimalisir terjadinya kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) dengan meninformasikan kepada ibu asuh apabila anak mengalami demam pasca imunisasi perlu adanya penanganan segera dengan cara mencukupi kebutuhan cairan dan minum obat penurun panas seperti paracetamol. 

Ditulis oleh Mahasiswa KKN Tematik UNDIP X UNICEF Tahun 2022

Afina Fariha Sadida – 40011421655012 / Fakultas Sekolah Vokasi / Akuntansi Perpajakan

DPL:
1. Ir. Gentur Handoyo., M.Si
2. Dr. Ir. Martini., M.Kes