TERBARU!!! MAHASISWA KKN UNDIP X UNICEF MENGGUNAKAN MAINAN KAPAL OTOK OTOK SEBAGAI METODE DISTRAKSI PADA BALITA GUNA MELANCARKAN BIAN DI TK PERTIWI DESA SALAKBROJO

Dampak dari pandemi Covid – 19 menurunkan mobilitas dan efektivitas masyarakat untuk melakukan imunisasi pada anak. Hal ini dapat dilihat melalui cakupan imunisasi sejak pandemi Covid- 19 mengalami penurunan yang signifikan.  Upaya pemerintah untuk mencapai sasaran ini dengan melakukan program Kejar dan BIAN (Bulan Imunisasi Anak Nasional) di mana tahap pertama BIAN telah berlangsung pada bulan Mei 2022 di beberapa kawasan di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Sementara itu, tahap kedua BIAN diselenggarakan di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Kecamatan Kedungwuni memiliki 16 desa dan 3 kelurahan dengan 2 puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan. Puskesmas kedungwuni 1 mencakup beberapa desa dan kelurahan dalam pelayanan kesehatan salah satunya adalah Desa Salakbrojo.

Desa Salakbrojo termasuk salah satu desa yang ikut serta melaksanakan program KEJAR dan BIAN yang direncanakan oleh pemerintah. Daerah persawahan yang luas sebagai mata pencaharin penduduk terbesar dan jumlah penduduk cukup banyak.

BIAN (Bulan Imunisasi Anak Nasional) merupakan salah satu program yang dilaksanakan oleh Kementrian Kesehatan untuk mengejar cakupan imunisasi yang rendah. Vaksin yang diberikan dalam program BIAN adalah vaksin campak rubella yang menyasar pada anak usia 9 sampai 59 bulan, dan imunisasi kejar untuk anak usia 12 sampai 59 bulan yang status imunisasi OPV, IPV, dan DPT-HB-Hib tidak lengkap.

Desa Salakbrojo memiliki sasaran BIAN  sekitar 285 anak yang ditargetkan mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Masyarakat Desa Salakbrojo antusias dalam kegiatan imunisasi dengan dukungan dari kader dan ibu bidan memberikan pencerahan tentang BIAN kepada masyarakat. Setelah beberapa kali mengikuti posyandu di berbagai desa yang dicakup puskesmas kedungwuni 1  rasa takut dan cemas anak yang menghambat pelaksanaan imunisasi. Untuk itu, mahasiswa Teknologi Perkapalan yang ikut berpartisipasi dalam menyukseskan BIAN menggunakan miniatur kapal tradisonal otok otok sebagai salah satu metode distraksi terhadap balita peserta imunisasi untuk mengalihkan rasa takut dan nyeri yang dialami.

Pelaksaan kegiatan ini dilakukan pada TK Pertiwi Desa Salakbrojo berjumlah 40 anak. Masalah yang terjadi di lapangan adalah tangisan anak yang pecah sebelum dilakukan imunisasi. Ketakutan akan jarum suntik dan rasa nyeri setalah disuntik mmebuat anak tidak mau unutk diimunisasi. Para guru TK dan mahasiswa undip berupaya menenangkan anak.

“Adik-adik siapa yang mau kapal? Yang diimunisasi nanti akan dapat kapal, bisa main bareng teman-teman!” ujar mahasiswa untuk mengalihkan rasa takut dan nyeri. Alhasil ada beberapa anak yang teralihkan dan mau diimunisasi. Peralihan ini terpusat pada suara kapal otok otok yang memberikan rasa penasaran sehingga pikiran anak tidak bertuju dengan rasa sakit dan nyeri.

Program ini sangat membantu bagi bidan, guru TK, dan orang tua dalam pelaksanaan imunisasi di mana anak tidak susah diatur saat proses penyuntikan. Setelah disuntik anak diberikan miniatur kapal otok-otok yang memberikan rasa senang kepada anak atau sebagai apresiasi anak.

Diharapkan kedepannya ada metode distraksi lainnya yang bisa memicu kemauan anak untuk imunisasi melalui program kecil menghasilkan anak Indonesia yang sehat.

Lokasi KKN: Puskesmas Kedungwuni 1, Kec. Kedungwuni, Kab.Pekalongan

DPL:

  • Novia Handayani., SKM.,MA.,M.Kes-
  • drh. Siti Susanti., phD