Pendampingan Pengajaran Pengolahan Limbah Kotoran Sapi menjadi Pupuk Organik Untuk Meningkatkan Taraf Hidup Kelompok Tani “Gemah Ripah”
Jepara – mahasiswa dari tim pengabdian masyarakat universitas diponegoro tahun 2017 di Desa Geneng, Kecamatan Batealit, Jepara, melakukan pendampingan pengolahaan limbah kotoran sapi guna digunakan untuk pupuk organik. Mahasiswa Mengumpulkan kotoran sapi dari dua tempat di desa. Kegiatan pengumpulan kotoran sapi telah dimulai sejak. Diperlukan sekitar 12 meter kubik kotoran sapi segar sebagai kompos. Pengumpulan kotoran ini bertujuan untuk Meningkatkan taraf hidup kelompok tani “gemah ripah”.
Kelompok Mahasiswa KKN kemudian Campur semua bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan pupuk kompos yaitu kotoran sapi, serbuk gergaji, abu dan kapur dengan merata. kemudian tumpuk di tempat yang terlindungi dari sinar matahari dan hujan secara langsung.
Lebih baik jika ditumpuk di tempat pembuatan pupuk kompos yang khusus. Biarkan selama 1 hari.
- Besoknya sisir tumpukan bahan kompos kemudian taburi menggunakan stardec, aduk sampai merata. kemudian tumpuk lagi dengan ketinggian minimal 80 cm.
- Biarkan tumpukan terbuka sampai 7 hari , namun harus tetap dijaga agar terhindar dari panas dan hujan. Pada hari ke 7, balik tumpukan agar memasok oksigen bisa masuk kedalam bahan dengan merata. Oksigen dibutuhkan untuk aktivitas mikroba. Pambalikan bahan dilakukan setiap 7 hari sekali.
- Aktivitas mikroba bisa ditandai dengan adanya peningkatan suhu. Biasanya peningkatan suhu terjadi menjelang hari ke 8 sampai hari ke 21. Pada hari ke 28 suhu akan menurun kembali. Kenaikan suhu yang terjadi bisa sampai 300o Suhu yang tinggi ini akan membuat pupuk kompos menjadi steril dari bibit gulma dan bakteri patogen.
- Campuran kotoran sapi itu sudah menjadi pupuk kompos jika suhu telah netral dan warnanya hitam kecoklatan.