Penerapan Teknologi Tepat Guna Sederhana Ovitrap Sebagai Upaya Menghambat Laju Perkembangbiakan Nyamuk di Musim Penghujan

151

Bumijawa,Tegal (29/8) – Dalam rangka mengantisipasi terjadinya kejadian luar biasa (KLB) DBD di desa Batumirah, mahasiswa Universitas Diponegoro melakukan kegiatan pendampingan kader dalam pemutusan rantai penularan DBD. Kasus demam berdarah dengue merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan di desa Batumirah. Hampir setiap tahun kasus demam berdarah dengue terjadi, terlebih lagi pada musim penghujan yang sedang berlangsung saat ini.

Kegiatan dilaksanakan pada saat pertemuan kader di desa Batumirah tepatnya pada hari Selasa, 15 agustus 2017 pukul 16.00 WIB. Pelaksanaan kegiatan dibagi menjadi empat sesi yaitu pemberian materi mengenai DBD, pelatihan pembuatan ovitrap, simulasi penggunaan ovitrap dan evaluasi.

Pada sesi pertama dilakukan pemberian materi mengenai penyakit DBD secara umum oleh Dwi Nikmah Lestari yang merupakan salah satu mahasiswi jurusan kesehatan masyarakat. Pada sesi ini, Tari menjelaskan tentang bagaimana transmisi penyakit DBD, tanda dan gejala yang muncul pada penderita DBD, serta berbagai macam tindakan pencegahan penyakit demam berdarah dengue. Melalui sesi ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi peserta mengenai penyakit demam berdarah serta menumbuhkan kesadaran akan pentingnya melakukan tindakan pencegahan.

Selanjutnya pada sesi kedua dilanjutkan dengan pelatihan pembuatan ovitrap. Ovitrap adalah salah satu alat yang digunakan untuk menjebak atau memerangkap telur nyamuk. Penggunaan ovitrap merupakan salah satu teknik pengendalian nyamuk yang ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan kimia. Bahan dan peralatan penyusun ovitrap cukup sederhana dan mudah ditemukan diantaranya yaitu botol plastik bekas, plastik berwarna gelap, lem perekat, kertas saring, label dan gunting.

Pengaplikasian ovitrap cukup sederhana yaitu dengan meletakkan ovitrap di dalam rumah dan diluar rumah. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan adanya telur nyamuk yang terperangkap setelah 3 hari peletakan. Jika dalam ovitrap ditemukan telur, maka telur tersebut dapat langsung dibuang atau dimusnahkan sehingga dapat memutus siklus hidup vektor. Pada sesi ini peserta terlihat sangat antusias dan bersemangat karena peserta dapat langsung mempraktikkan bagaimana membuat ovitrap yang mana belum pernah dilakukan sebelumnya.Selesai ovitrap berhasil dibuat, masuk ke sesi berikutnya yaitu simulasi survei telur menggunakan ovitrap. Pada sesi ini, para peserta dipandu agar memasang ovitrap tersebut dirumah masing-masing. Setiap peserta membawa dua ovitrap untuk dipasang di dalam dan di luar rumah. Ovitrap diletakkan pada tempat-tempat gelap dan lembab yang berpotensi sebagai tempat perindukan nyamuk seperti kolong meja dekat toilet, sudut ruangan maupun dibawah semak-semak yang ada diluar rumah.

Setelah ovitrap dipasang, langkah selanjutnya adalah monitoring dan evaluasi. Kegiatan monitoring dilakukan dengan memeriksa setiap ovitrap yang dipasang. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui ovitrap positif telur dan jumlah telur yang terperangkap dalam ovitrap. Kegiatan monitoring dapat dilakukan setelah 3-7 hari pemasangan. Namun dalam program kali ini, monitoring dilaksanakan pada hari kelima, tepatnya pada hari Sabtu (19/8). Dari 8 ovitrap yang dipasang, semuanya tidak ditemukan adanya telur yang terperangkap. Namun hal tersebut tidak menurunkan antusiasme peserta untuk mengikuti hingga sesi terakhir yaitu evaluasi.

Editor : Dr. Iman Setiono , M.Si