Bata Olastik dari Limbah Organik dan Anorganik
Pemalang – Selasa (25/7/2017) Mahasiswa TIM Pengabdian Masyarakat UNDIP mengadakan pengembangan UMKM Desa Karangasem yang berfokus pada produk Batako. Melalui pengembangan UMKM Batako ini, Mahasiswa Undip Menciptakan Inovasi baru yaitu batako dari limbah organik dan anorganik yang merupakan langkah-langkah dalam suatu produk yang dapat meningkatkan produk UMKM dari Desa karangasem. Inovasi ini didampingi oleh Bina Kurniawan, SKM.,Mkes sebagai Dosen dari Universitas Diponegoro. Bata dari sampah plastik ini biasa disebut sebagai Batasam.
Batasam sendiri merupakan batu bata yang terbuat dari campuran sampah plastik, semen dan pasir. Proses pembuatannya pun tidak begitu sulit, terlebih dahulu sampah plastik dibakar hingga menghasilkan abu. Abu hasil pembakaran itulah yang dipakai untuk membuat batu bata. Selanjutnya abu diayak dan dicampurkan dengan pasir dan semen dengan perbandingan abu sampah plastik, pasir dan semen yaitu 3:2:1. Setelah dicampurkan kemudian diaduk dan dicetak seukuran batu bata pada umumnya, dan dijemur hingga setengah kering, kemudian jika sudah setengah kering dikelurkan dari cetakan dan ditunggu hingga benar-benar mengering.
(Proses pembuatan batasam oleh karangtaruna Desa Karangasem)
Inovasi tersebut merupakan inovasi yang sangat bagus, karena mampu mengurangi dampak negatif dari pencemaran lingkungan karena limbah plastik namun sayangnya pembakaran sampah plastik itu sendiri bisa berbahaya karena asapnya yang mengandung bahan kimia dapat terhirup. Batasam memiliki perbedaan dengan batu bata konvensional, Batasam sendiri memiliki massa berat yang lebih ringan dan lebih kuat dari pada batu bata konvensional. Batasam belum diproduksi secara massal karena sampai saat ini hanya digunakan untuk kebutuhan tertentu saja. Kalau bata yang biasanya harus dijemur dan dibakar terlebih dahulu untuk bisa di gunakan tetapi batasam cukup dijemur panas matahari setelah kering dapat langsung digunakan tanpa harus dibakar.
Editor : Bina Kurniawan, SKM.,Mkes