Peternakan Rukun Jaya, Potensi Desa Tragung yang Terpendam

sapi

Kandeman, Rabu (18-07-2018) Tim II KKN Undip desa Tragung mengunjungi  Peternakan Masyarakat Desa Rukun Jaya RT 7 RW 4 Dukuh Proyondoko, Desa Tragung. Terdapat 20 warga yang menternakkan sapi di peternakan tersebut dengan jumlah sapi sekitar 40 ekor. Sapi-sapi yang diternak oleh warga merupakan jenis sapi pedaging. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan warga, sapi-sapi yang ada di peternakan tersebut diberi pakan berupa rumput segar dan jerami yang masih basah. Sebetulnya telah sering dilakukan pelatihan pembuatan pakan sapi dari bahan jerami yang difermentasi yang dilakukan oleh lembaga BP3K kepada para peternak sapi. Namun kegiatan tersebut tidak dilanjutkan oleh masyarakat dikarenakan pakan berupa fermentasi jerami tidak dimakan oleh sapi. Hal ini menyebabkan para peternak sapi lebih memilih menggunakan rumput segar sebagai pakan ternak karena lebih disukai oleh sapi dan tidak membutuhkan biaya untuk fermentasi.

Kandang sapi dibersihkan secara rutin setiap hari. Biasanya di sore hari peternak mengganti rumput yang sudah kering dengan rumput segar serta menaburi lantai kandang yang telah dibersihkan dengan bekatul. Setiap malam para peternak bergantian untuk menjaga sapi mereka untuk menghindari adanya peristiwa yang tidak diinginkan di sekitar peternakan. Masalah yang ada di peternakan ini adalah kurang maksimalnya pengolahan kotoran sapi. Kotoran yang telah diambil dari kandang biasanya akan dikumpulkan di luar kandang hingga menumpuk. Kotoran yang menumpuk tanpa diolah tersebut menimbulkan bau yang kurang sedap dan mengundang datangnya lalat. Selama ini, kotoran sapi yang ada di peternakan Rukun Jaya ini hanya dijual kepada pembeli atau digunakan sebagai pupuk. Itu pun kotoran yang telah lama karena kotoran yang masih baru tidak bisa digunakan sebagai pupuk karena masih mengandung panas dan akan menyebabkan tanaman menjadi rusak. Hal ini sangat disayangkan mengingat limbah peternakan seperti kotoran sapi ini dapat diolah menjadi produk yang lebih bermanfaat.

Kotoran sapi memiliki potensi untuk dijadikan sebagai biogas. Kotoran tersbut difermentasi dalam suatu alat yang disebut digester. Hasil fermentasi yang berupa gas metana ditampung dan dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti gas LPG untuk keperluan memasak. Selain itu, endapan yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai pupuk kompos. Kompos hasil fermentasi biogas ini membutuhkan waktu yang relatif cepat untuk dijadikan pupuk dibandingkan dengan pupuk kandang yang membutuhkan waktu hingga dua tahun untuk siap diaplikasikan ke tanaman. Bapak Wanuri, selaku kepala desa Tragung berharap adanya mahasiswa KKN Undip dapat membantu warga dalam mengatasi permasalahan yang ada di desanya seperti dalam menangani limbah dari peternakan sapi ini.

Review by Ariany