Sosialisasi Budaya kerja 5S Bangsa Jepang di Sumberjatipohon

nur4

Gambar 1. Kunjungan pertama untuk Survey  UMKM Konveksi

Pernah mengalami kejadian di ruangan kerja anda dimana Anda sulit menemukan barang yang anda cari? padahal barang tersebut adalah barang yang memang senantiasa digunakan seperti pulpen atau buku catatan? atau lupa dimana anda meletakkan barang-brang yang jarang digunakan? apalagi jika banyak barang yang rusak dan tergeletak dan tidak tahu kapan akan diperbaiki, belum lagi barang yang bisa langsung dipakai tetapi tidak tahu kapan akan dipakainya, apakah besok, bulan depan, atau mungkin satu tahun lagi. Akhirnya habis waktu hanya untuk mempertimbangkan mau diapakan barang tersebut. Bagaimana kita menata sebuah ruangan atau kantor agar terlihat bersih, enak dilihat dan mempermudah kita mencari barang atau alat yang akan kita gunakan dan agar barang atau alat tersebut selalu dalam kondisi terawat dan siap digunakan kapan saja?. Hal ini tidaklah mudah. Namun, 5S dapat memberi jawaban untuk kita, karena 5S merupakan teknik penanganan yang tepat untuk rumah, pabrik dan dimana saja. 5S berpengaruh langsung terhadap produktivitas

Jumat, 25 Januari 2019 KKN Tim 1 Undip 2019 melakukan salah satu  program monodisiplin pada UMKM Konveksi yang ada di Desa Sumberjatipohon. Program yang dilaksanakan penerapan budaya 5S dari Jepang yaitu seiri, seiton, seiso, seiketsu dan shitsuke. Bagi yang belum mengetahui apa itu budaya 5S (seiri, seiton, seiso, seiketsu dan shitsuke), budaya 5S adalah istilah Jepang untuk menggambarkan secara sistematik praktek housekeeping yang baik. Berasal dari Jepang dan terbukti efektif dibeberapa negara. Penataan housekeeping dikenal sebagai awal dan merupakan pendekatan paling efektif dalam membangun suatu bangunan dalam beberapa usaha peningkatan produktivitas dan dapat diterapkan secara kombinasi dengan sistem manajemen lain. Kita bisa menterjemahkan 5S sebagai 5R; Seiri (Ringkas), Seiton (Rapi), Seiso (Resik),  Seiketsu (Rawat), Shitsuke (Rajin).  5S adalah filosofi dan cara bagi suatu organisasi dalam mengatur dan mengelola ruang kerja dan alur kerja dengan tujuan efesiensi dengan cara mengurangi adanya buangan (waste) baik yang bersifat barang atau peralatan maupun waktu.

Pada UMKM Konveksi yang ada didesa Sumberjatipohon tampak masih belum tertata dengan baik praktek housekeeping, tampak barang yang menumpuk dimana mana yang dapat menyulitkan pekerja dalam mencari barang yang diperlukan serta dapat mengganggu konsentrasi penjahit. Dengan melihat masalah yang ada KKN Tim I Undip 2019 desa Sumberjatipohon melakukan sosialisasi serta praktek penerapan budaya 5S dengan menggunakan media poster dan modul yang diberikan kepada pekerja dan pemilik UMKM Konveksi. Harapan dengan terlaksananya program ini dapat meningkatkan konsentrasi pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan yang ada dan meningkatkan produktivitas pekerja sehingga hasil yang diperoleh lebih maksimal. Kegiatan ini dilaksanakan di masing masing rumah produksi UMKM agar tidak menggangu waktu bekerja dan dapat mempraktekkan budaya 5S secara langsung.

Pada kegiatan ini pekerja dan pemilik UMKM konveksi yang ada di desa Sumberjatipohon berjasil menerapkan tiga dari 5 faktor budaya 5S yaitu Seiri (Ringkas), Seiton (Rapi), Seiso (Resik). Pada praktik yang diterapkan pada UMKM konveks ini para pekerja sudah mulai merapikan dan menata barang barang dan hasil jahitannya di satu tempat dan sudah membersihkan area sebelum dan sesudah bekerja hal itu diperoleh dari pengakuan pemilik UMKM dan hasil kunjungan berikutnya yang dilakukan KKN Tim I Undip 2019 desa Sumberjatipohon.

nur5

Gambar 2. Dokumentasi saat melakukan  kunjungan kedua untuk edukasi dan praktik budaya 5S

EWS dan Nurlaili