Edukasi Pengolahan Hasil Laut, Deteksi Boraks, dan Pemanfaatan Komoditas Lokal di Desa Lemahputih

Sabtu (20/07/19) telah dilaksanakan program monodisiplin Pembuatan Bakso Rumput Laut yang dibawakan oleh Lailatul Atiqoh, mahasiswi dari Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan di kediaman Pak Darman (Ketua RT 7), Dusun Lemahputih, Desa Lemahputih. Program dilaksanakan dengan pemaparan materi berupa latar belakang, cara pembuatan, dan  pemutaran video cara mendapatkan dana dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam rangka mendorong minat para Ibu PKK untuk membuat produk berbasis hasil kelautan dan perikanan. Salah satu produk basis kelautan dan perikanan adalah pemanfaatan rumput laut menjadi bahan pembuatan bakso, sehingga tekstur bakso menjadi lebih crunchy seperti bakso urat. Selain itu, penambahan rumput laut dapat meningkatkan nilai serat pangan dalam bakso, yang bermanfaat untuk melancarkan pencernaan dalam tubuh. Cara membuatnya adalah dengan rumput laut yang telah direndam selama kurang lebih 12 jam dicincang agak halus, dicampurkan pada adonan bakso, dan bakso direbus hingga matang. Para Ibu PKK cukup antusias dengan program ini karena bakso merupakan makanan yang digemari semua kalangan dan penambahan rumput laut dapat memperbaiki tekstur dan nilai gizi.

Pemaparan cara mendapatkan dana dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk membuat produk berbasis hasil kelautan dan perikanan.
Pemaparan cara mendapatkan dana dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk membuat produk berbasis hasil kelautan dan perikanan oleh saudari Lailatul Atiqoh.

 

Telah dilaksanakan pula pogram monodisiplin Deteksi Boraks dan Tempe Kahi (Kacang Hijau) yang dibawakan oleh Maria Wike Wijaya, mahasiswi dari Teknologi Pangan, Fakultas Peternakan dan Pertanian. Program Deteksi Boraks dilaksanakan dengan melakukan demonstrasi pengujian bakso positif boraks dan negatif boraks menggunakan tusuk gigi yang telah ditusukkan sebelumnya pada kunyit segar. Hasilnya, bakso positif boraks akan merubah warna kuning kunyit menjadi kuning kemerahan, sedangkan bakso negatif boraks tidak akan merubah warna yang sudah ada (tetap berwarna kuning). Deteksi boraks dengan metode indikator kunyit ini tidak hanya dapat dilakukan pada produk bakso, namun juga pada produk daging lainnya seperti sosis. Para Ibu PKK cukup antusias dengan program ini karena boraks membahayakan kesehatan sehingga penting untuk dideteksi keberadaannya dengan bahan yang mudah ditemukan di dapur.

Pemaparan perbedaan hasil makanan yang diberi boraks dan tidak diberi boraks.
Pemaparan perbedaan hasil makanan yang diberi boraks dan tidak diberi boraks oleh saudari Maria Wike Wijaya.

Program selanjutnya adalah Tempe Kahi yang dilaksanakan dengan pemaparan materi berupa latar belakang, cara pembuatan, dan pemberian contoh tempe yang sudah jadi. Inovasi Tempe Kahi didasari empat tujuan: (1) Memanfaatkan kacang hijau yang merupakan komoditas yang dibudidayakan di Desa Lemahputih; (2) Menurunkan penggunaan kedelai yang umumnya diimpor; (3) Mendapatkan nilai gizi lebih baik karena kacang hijau rendah lemak dan tinggi karbohidrat; (4) Meningkatkan nilai jual dengan diversifikasi pangan. Cara membuatnya adalah kacang hijau direndam kurang lebih 12 jam, kulit arinya dikelupas, dikukus selama 20 menit, dicampur dengan ragi tempe (Rhizopus oligosporus), dikemas, dan diperam selama 2 hari. Hasilnya, tempe kahi memiliki kenampakan fisik yang mirip dengan tempe dari kedelai. Para Ibu PKK cukup antusias dengan program ini karena tempe kahi merupakan produk yang jarang dibuat dan belum ada di pasaran.

Ditulis oleh : Maria Wike Wijaya, Novia Nur Huda

21 Juli 2019