MUTIARA HITAM DARI TANJUNG JEPARA
Jepara – Kamis , 18 Juli 2019 Mendengar istilah mutiara, pasti pikiran kita terbayang ke sesuatu yang sangat bernilai tinggi. Bagi masyarakat Desa Tanjung, gula aren adalah “mutiara hitam” yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Sebagian dari masyarakat Desa Tanjung memang memilih menjadi petani nira aren sekaligus pengrajin gula aren. Meskipun memiliki nilai ekonomis yang tinggi, gula aren belum dikelola secara maksimal di Desa Tanjung karena berbagai hal seperti SDM yang belum cukup ahli dan SDA yang belum dikelola secara baik.
Pak Giyono adaalah salah satu petani nira aren dan pengrajin gula aren di Desa Tanjung. Berdasarkan penuturan beliau, dalam sehari rata-rata para pengrajin gula aren hanya mampu memproduksi dua tangkap gula aren dengan kisaran harga Rp. 25.000,-. Hal tersebut di sebabkan oleh faktor ketergantungan yang sangat tinggi terhadap nira aren yang diproduksi oleh pohon aren secara alami.
Pengelolaan gula aren juga masih dilakukan secara tradisional sehingga para pengrajin belum mampu memproduksi gula aren secara banyak. Permasalahan tersebut menjadi perhatian tersendiri bagi Petinggi Desa Tanjung, Dwi Ganoto, beliau menuturkan bahwa pengelolaan dan pengembangan gula aren Desa Tanjung akan digarap secara serius karena potensi gula aren di Desa Tanjung sangat besar.
Diharapkan dengan pengelolaan gula aren yang baik mampu meningkatkan kesejahteraan warga Desa Tanjung, khususnya para pengrajin gula aren.
Pada 24 Juli 2019, Tim KKN Undip Desa Tanjung mengajak segenap perangkat Desa Tanjung dan para pengerajin gula aren untuk berdiskusi terkait pengembangan pengelolaan gula aren di Desa Tanjung.
Materi diskusi meliputi tentang pendaftaran merek kolektif, pendaftaran P-IRT, dan pentingnya kemasan untuk menambah nilai jual suatu produk. Diskusi tersebut diharapkan mampu membuka wawasan sekaligus menaambah semangat para pengerajin gula aren di Desa Tanjung untuk mengembangkan usaha mereka.
#kknundip2019 #KKNTANJUNGJEPARA #desa_tanjungjepara
Dibuat oleh: Iqbal Dewanto Abizars
Dokumentasi oleh: Alifa Azwadina