Mahasiswa KKN bersama SMP Islam Pegandon lakukan Deteksi Dini Kelainan Buta Warna Berbasis Windows
Pada hari MInggu tanggal 21 Juli 2019 telah terlaksana program monodisiplin Deteksi Dini Kelainan Buta Warna Menggunakan Auto Color Blind “Aplikasi buta warna otomatis berbasis windows” oleh Alysia Puteri Cahyarani, mahasiswa fisika Universitas Diponegoro. Sasaran dalam kegiatan ini adalah anak-anak Desa Pegandon di SMP Islam Pegandon yang berjumlah 46 siswa dari kelas VIII-A dan VIIII-B. Program ini bertujuan memberikan informasi kepada anak-anak mengenai kesehatan pada mata (buta warna) dan melakukan pendeteksian dini melalui program berbasis windows.
Pada dasarnya, kelainan pada mata (buta warna) adalah berkurangnya kualitas penglihatan terhadap warna yang umumnya diturunkan kepada anak dari orang tua sejak dilahirkan. Penglihatan buta warna cenderung mengalami kesulitan saat melihat warna merah, hijau, biru, atau campuran warna-warna tersebut. Anak –anak yang mengalami buta warna akan merasa kesulitan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari di rumah maupun di lingkungan luar rumah. Seperti yag diketahui bahwa anak- anak merupakan calon penerus di Desa Pegandon yang pastinya harus mempunyai bekal pendidikan yang baik. Maka dari itu penting bagi orang tua untuk dapat mengenali dan memberikan pengetahuan kepada anak tentang gejala dan pendeteksain buta warrna sejak dini.
Program ini diawali dengan memberikan pengenalan awal mengenai buta warna, gejala- gejala dan memberikan pamflet buta warna yang telah dibuat. Setelah itu dilakukan pendeketeksian buta warna setiap individu siswa dengan maju persatu dan membaca angka dan lainnya sesuai standar tes ishihara untuk tes buta warna menggunakan program Auto Colour Blind berbasis windows pada laptop yang telah dsiapkan. Setelah semuanya melakukan tes buta warna tersebut. Diumumkan hasil setiap individu dan memberi sedikit pengetahuan mengenai hasil yang didapat. Diakhir acara diberikan pengarahan mengenai hal-hal yang harus dilakukan apabila mengelami kelainan buta warna. Disampaikan juga kepada guru dan kepala sekolah mngenai hasil tiap individu siswa dan memberi rekomendasikan untuk pemeriksaan lebih lanjut oleh puskesmas desa agar lebih ditangani lebih dalam.
Setelah dilakukan deteksi dini kelainan buta warna, dari 46 siswa yang mengikuti deteksi buta warna, 10 orang siswa mengalami buta warna parsial. Siswa yang diketahui mengalami kelainan buta warna juga direkomendasikan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke pihak puskemas Desa Pegandon yang lebih mendalam. Beberapa hari setelahnya dilakukan pengecekan kembali oleh puskesmas desa untuk siswa-siswa SMP tersebut. Siswa-siswa pun yang telah melakukan deteksi dini berwarna mengetahui kondisi matanya normal atau terdapat kelainan buta warna. Siswa tersebut juga mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan terhadap hasil tersebut dan menjaga kesehatan matanya yang kemudian harus diberitahukan ke orang tua masing-masing.
Setelah dilakukan program deteksi dini kelainan buta warna menggunakan Auto Color Blind “Aplikasi buta warna otomatis berbasis windows” diharapkan siswa mengetahui apakah mengalami kelainan atau tidak dan mengerti apa yang harus ia lakukan setelah lakukan terhadap hasil yang diterima serta mulai mengerti bagaimana pentingnya menjaga kesehatan mata. Guru dan orangtuanya tentu juga harus mengerti tentang keadaan anaknya terkait buta warna atau tidak sehinga dapat menindaklanjuti keadaan kesehatan mata anaknya dan membantu anak-anak untuk mengarahkan mengetahui cita-citanya di kemudian hari sesuai kondisi anaknya.
Editor Solikhin