Berkunjung ke Tempat Pembuangan Sampah Desa Losari, Sangat Mencengangkan
Selasa (14/1) di posko kami memiliki dua jenis tempat sampah, yaitu organik dan anorganik. Untuk sampah organik, kami buang ke lubang tanah yang kami buat di pekarangan belakang rumah. Kemudian untuk sampah anorganik, kami kumpulkan terlebih dahulu hingga penuh barulah kami berencana akan membuang sampah di tempat pembuangan sementara. Pada hari Selasa (14/1) kami berencana akan membuang sampah di tempat pembuangan sementara Desa Losari, tetapi kami tidak menemukan itu terutama di Dusun Kalidukuh tempat posko kami berada. Bertanyalah kami pada warga sekitar mengenai letak dari tempat pembuangan tersebut, ternyata tempat tersebut berlokasi di Dusun Kaliliseng, sebelah Utara Dusun Kalidukuh. “tempat pembuangan sampah ada di Dusun kaliliseng, ini lurus terus aja nanti kanan jalan ada jalan beton masuk aja. Disitu tempat buang sampahnya.” Terang salah seorang warga yang kami tanyai. Setelah mendapat informasi itu, kami langsung bersiap dan menuju ke tempat pembuangan sementara tersebut.
Setibanya disana kami melihat suatu bangunan semi terbuka dan didalamnya itulah terdapat banyak sekali sampah terutama adalah sampah rumah tangga dan limbah sayuran. Ya, banyak limbah sayuran karena masyarakat Desa Losari didominasi oleh petani maupun pedagang sayuran. Di tempat pembuangan sampah tersebut tidak dibedakan mana sampah organik dan mana sampah anorganik. Tentunya membuat kami bingung, tapi akhirnya kami meletakkan sampah kami disuatu sudut tempat tersebut. Setelah kami membuang sampah, disekitar tempat tersebut terdapat warga yang terlihat sedang melakukan sesuatu. Kami menghampirinya, menyapa dan untuk bertanya-tanya mengenai tempat ini. Berdasarkan penuturan warga tersebut, kami banyak mendapatkan informasi mengenai tempat pembuangan sampah di Desa Losari ini. Tempat pembuangan sementara ini merupakan satu-satunya tempat pembuangan yang ada di Desa Losari, maka dari itu sampah yang ada sangatlah banyak. “lha pripun mboten katah sampahe kados niki mas, lha sakdeso mbuang sampah wonten mriki sedaya.” (bagaimana tidak banyak sampahnya seperti ini mas, satu desa buang sampah disini semua) terang salah seorang warga. Di Desa Losari pula tidak didapati petugas yang khusus untuk mengambili atau mengelola sampah, maka warga akan pergi membuang sampahnya sendiri ke tempat pembuangan sementara. Warga pun juga kurang mendapat sosialisasi mengenai pemilahan sampah antara organik dan anorganik, maka ketika membuang sampah, semua dicampur menjadi satu dengan tidak dipilah terlebih dahulu. “wonten mriki niku mboten ana petugas sing ngurusi sampah, makane warga nggih mbuang wonten mriki piyambakan lan mboten dipisah-pisah.” (disini itu tidak ada petugas yang mengurusi sampah, makanya warga membuang kesini sendiri dan tidak dipisah-pisah) kata salah satu warga lainnya.
Warga yang kami temui disekitar tempat pembuangan sementara itu berharap adanya pembangungan TPS lagi di dusun lain dan juga adanya sosialisasi kepada warga mengenai pemilahan sampah yang benar serta adanya petugas khusus untuk mengurusi sampah mulai dari pemilahan dan pengelolaan sampah. “nggih kedepan mugi wonten TPS ingkang dibangun wonten tiap dusun, terus wonten petugas kanggo ngurusi sampah. Tapi sing paling penting niku sosialisasi wonten warga mas babagan pengelolaan lan pemilahan sampah. Sampah niku wonten Desa Losari permasalahane mboten enten entekke.” (ya semoga kedepan ada TPS yang dibangun ditiap dusun, terus ada petugas untuk mengurusi sampah. Tapi yang paling penting itu sosialisasi ke warga mengenai pengelolaan dan pemilahan sampah. Sampah itu di Desa Losari permasalahannya tidak ada habisnya.) tutup salah satu warga yang ada di TPS.