MAHASISWA KKN UNDIP MEMPERKENALKAN PENERAPAN BUDAYA K3 UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENGRAJIN TEMPE
Tegal (24/1) mahasiswa KKN di Desa Rajegwesi, Kecamatan Pagerbarang, Kabupaten Tegal. Mensosialisasikan dan memberikan pendampingan penerapan budaya K3 pada pembuat tempe dengan bungkus daun jati . Tempe dengan bungkus daun jati merupakan produk unggulan ciri khas Desa Rajegwesi . Rasa tempe yang enak dan khas berbeda dari tempe yang lain, membuat tempe dengan bungkus daun jati produksi Desa Rajegwesi digandrungi oleh banyak orang dan memiliki posisi tersendiri di hati penggemarnya.
Permintaan tempe yang meningkat dengan pengrajin tempe yang terbatas, menimbulkan berbagai keluhan kesehatan yang dialami oleh pengrajin tempe. Mulai dai pegal-pegal pada punggung, pinggang dan lengan, mata perih , dan kesemutan. Keluhan kesehatan tersebut diakibatkan oleh aktivitas pembuatan tempe yang banyak menggunakan anggota tubuh secara langsung tanpa menggunakan alat bantu (manual handling) seperti kegiatan mengangkat, mendorong, menarik, membawa, menumpuk dan menahan. Keluhan kesehatan pada pekerja tempe dapat membatasi aktivitas , sehingga produktivitas pembuatan tempe menurun.
Adanya masalah tersebut, pada Jumat, 24 Januari 2020 Mahasiswa KKN dari peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM Undip mensosialisasikan dan memberikan pendampingan dalam menerapkan budaya K3 pada pekerja pembuat tempe dengan bungkus daun jati. Mahasiswa menjelaskan mengenai apa pengertian keselamatan dan kesehatan kerja dan pentingnya bagi kesehatan dan peningkatan produktivitas atau keuntungan bagi pembuat tempe. Pada sosialisasi ini diberikan pengertian mengenai manual handling dan dampak bagi kesehatan. Sosialisasi ini pekerja tempe diajarkan bagaimana ketentuan mengangkat benda dengan beban berat agartetap aman, kemudian posisi duduk yang aman dan nyaman saat bekerja, dan juga merekomendasikan penataan dan penempatan ruang kerja agar nyaman dan aman untuk bekerja. Selain itu mahasiswa juga berdiskusi dengan pekerja mengenai penyakit yang dapat terjadi akibat kerja bagi pembuat tempe seperti penyakit musculosceletas disorder, hernia, dermatitis dan penyakit lainnya.
Mahasiswa KKN juga memberikan materi tambahan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rajin dan Rawat) . Ringkas adalah memilah dan menyingkirkan barang yang sudah tidak terpakai. Rapi adalah meletakkan barang padatempatnya. Resik adalah membersihkan lingkungan rumah. Rajin adalah disiplin dalam menjalankan 5R. Rawat adalah mempertahankan lingkungan agar tetap rapi,ringkas, dan resik. 5R sangat penting untuk mengurangi kecelakaan kerja yang dapat terjadi seperti kebakaran, kebocoran tabung gas, terkena benda tajam, tertimpa benda , terpeleset dan kecelakaan yang lain. Dengan 5R juga meningkatkan efisiensi dalam bekerja. Bu munah salah satu pembuat tempe mengutarakan bahwa sosialisasi mengenai manual handling dan 5R ini sangat bermanfaat, dengan sosialisasi ini pekerja tempe menjadi paham bahwa keluhan kesehatan yang selama ini dialami seperti pegal-pegal dan penyakit lain dapat dikurangi. Dan juga dengan pendampingan mengenai budaya k3 juga dapat menjadi pertimbangan untuk membuat ruang kerja yang lebih aman dan nyaman untuk bekerja.
Editor : Nurhadi Bashit, ST., M.Eng, Dr, Untung Sujianto, SKp., M.Kes., Prof. Dr. Ir. Florentina Kusmiyati, M.Sc.