#X BEDA KAMPUSNYA SATU TUJUAN NYA X-32-B-2#

Kamis 16 Juli 2020, setelah sempat bertemu kala membantu Kepala Desa Koripan dalam membagikan BLT, Maerel (Mahasiswa Universitas Diponegoro)  yang melaksanakan KKN di Desa Koripan, berdiskusi langsung dengan 3 anak dari UNNES yaitu Ayuk, Indah, dan Arief. Diskusi ini dilakukan di Balai Desa Koripan dan tentunya juga dilaksanakan dengan mengikuti prosedur kesehatan dimana masing-masing dari mahasiswa menggunakan masker atau face shield.

Diskusi di awali dengan sharing session, dimana masing-masing dari kami mengungkapkan system KKN dari kampus masing-masing Indah (Mahasiswa UNNES) mengungkapkan bahwa UNNES baru saja memulai program KKN, namun sedikit berbeda dengan UNDIP, UNNES memiliki beberapa program wajib di antaranya adalah program pengajaran dan konservasi lingkungan, akan tetapi di luar dari dua program wajib tersebut, mahasiswanya juga diminta untuk membuat program kerja mandiir yang dibuat berdasarkan kondisi daerah masing-masing. Cerita lain berasal dari Ayuk (Mahasiswa UNNES) yang berasal dari jurusan kesehatan masyarakat. Ia mengaku mengalami sedikit kesulitan dalam membentuk program kerja, karena konsentrasi jurusan yang ia ambil adalah keselamatan kerja, namun ia belum menemukan program yang pas untuk diterapkan di KKN. Kemudian yang terakhir , Arief (Mahasiswa UNNES) bercerita bahwa dia agak terlambat memasukkan surat izin ke kelurahan karena pada awalnya Arief yang berasal dari jurusan keolahragaan itu berniat mengadakan program pengabdian di Malaysia dan kemudian dengan dilanjutkan dengan PKL di Singapura/Thailand , namun dikarenakan COVID 19, akhirnya terpaksa kegiatan pengabdianya di alihkan ke desa tempat tinggalnya..Maerel sebagai satu-satunya mahasiswa yang berasal dari UNDIP pun mengungkapkan bahwa di UNDIP tidak ada program wajib, yang ada hanyalah program mandiri kreasi dari para mahasiswa, namun untuk kebutuhan administrasi kurang lebih sama, Maerel juga memerlukan koordinasi ke kelurahan untuk memperoleh izin.

            Diskusi kemudian dilanjutkan mengenai halangan-halangan yang mungkin dihadapi selama program pelaksanaan KKN ,nyaris semua mahasiswa tersebut mengakui bahwa kebanyakan cukup khawatir mengenai time management atau pembagian waktu antara KKN dengan penyusunan skripsi , karena rata-rata mereka merupakan mahasiswa semester 7 yang sudah memulai bimbingan skripsi semester ini. Halangan selanjutnya juga adalah pelaksanaan program, walaupun berasal dari desa yang sama namun tempat tinggal keempat mahasiswa tersebut tidak bisa dibilang berdekaatan. Oleh karena itu pada akhirnya keempatnya sepakat bahwa cara terbaik dalam melaksanakan KKN ini adalah dengan melakukan janji temu terlebih dahulu. Walaupun mereka berempat memiliki program kerja yang berbeda akan tetapi mereka bisa bersama-sama dalam penyampaianya. Seperti contohnya dalam arisan ibu-ibu, mereka berempat dapat datang bersamaan , akan tetapi nantinya, Maerel misalnya dapat menyampaikan materinya mengenai sosialisasi internet positif (yang tentunya masih relevan jika disampaikan ke ibu-ibu , karena sesungguhnya tujuan awal dari sosialisaai ini adalah anak-anak, dengan menyampaikan materi ke ibu-ibu maka dari situ diharapkan para ibu-ibu yang menerima materi internet positif menerapkan materi yang telah diterimanya ke anak-anaknya di rumah), dan Indah bisa menyampaikan materinya mengenai konservasi lingkungan. Untuk koordinasi lebih lanjut mereka akan berdiskusi melalui media sosial sehingga kegiatan diskusi ini pun di akhiri dengan saling bertukar media sosial.. Setelah diskusi keempat mahasiswa itu tidak lupa juga berpamitan dengan perangkat Desa Koripan dan juga mengambil gambar bersama dengan Kepala Desa Koripan, Bapak Sujarwo.

Bersama Kepala Desa Koripan Bapak Sujarwo

Ditulis oleh Maerel Dhalia A./14040117130053/32