Alih-alih Menimbun Sampah, Mahasiswi UNDIP Sulap Limbah Rumah Tangga Menjadi Makanan Bagi Tumbuhan!
Kabupaten Bandung Barat (17/07/2020) – Limbah rumah tangga kerap kali menjadi permasalahan yang umum di setiap daerah. Setiap rumah tangga akan menghasilkan limbah tiap harinya yang bila tidak ditangani dengan baik akan berdampak buruk bagi kondisi lingkungan. Limbah ini selain berbahaya dan mencemari bagi lingkungan, juga mengganggu kesehatan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebab dalam limbah tersebut banyak terdapat kuman dan bakteri yang menyebabkan banyak penyakit. Limbah rumah tangga baik yang berbentuk cair maupun padat dapat mencemari tanah, merusak ekosistem air, berpengaruh pada sumber air minum masyarakat, menyebabkan bibit penyakit, dan menimbulkan bau yang tidak sedap.
Di wilayah lokasi pelaksanaan KKN salah satu mahasiswi Undip, yaitu di RT 05, RW 22, Desa Cilame, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat sering terjadi adanya penumpukan limbah rumah tangga akibat keterlambatan truk sampah dalam melaksanakan kewajibannya. Jika penumpukan limbah tersebut tidak segera ditangani, tentunya akan terjadi dampak-dampak buruk yang telah disebutkan sebelumnya.


Dari adanya masalah ini, dibuatlah suatu inovasi dalam menanggulangi limbah rumah tangga tersebut, yaitu dengan cara pembuatan pupuk organic cair (POC). Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukkan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur, dimana biasanya bahan-bahan organik terdapat dalam limbah rumah tangga, terutama limbah yang berasal dari dapur. Dibandingkan dengan pupuk cair dari bahan anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan sesering mungkin. Pada dasarnya, limbah cair dari bahan organik bisa dimanfaatkan menjadi pupuk sama seperti limbah padat organik banyak mengandung unsur hara (N,P,K) dan bahan organik lainnya. Penggunaan pupuk dari limbah ini dapat membantu memperbaiki struktur dan kualitas tanah, serta tentunya akan menanggulangi masalah limbah rumah tangga yang menumpuk.
Bahan utama dari POC adalah sampah organik yang didapatkan dari setiap rumah warga, seperti potongan sayur, kulit buah, nasi basi, dan air leri atau air cucian beras. Bahan-bahan tersebut kemudian dikumpulkan dalam satu wadah yang bernama komposer, kemudian ditambahkan larutan gula, air secukupnya, dan EM4. EM4 merupakan kumpulan mikroorganisme baik yang berfungsi sebagai pengurai dari sampah-sampah organik tersebut. Kemudian komposer akan ditutup dengan rapat dan dilakukan fermentasi secara anaerob selama 2 hingga 3 minggu. Setiap satu minggu sekali, tutup dari komposer dibuka untuk mengeluarkan gas-gas metana yang terbentuk dan melakukan sirkulasi udara agar mikroorganisme tetap hidup.

Mahasiswi Undip sebagai pelaksana program KKN mengakui bahwa produksi dari POC ini memang tidak banyak, namun setidaknya limbah sampah di lingkungan tempat tinggalnya dapat bermanfaat untuk hal lainnya dan limbah tersebut berkurang tanpa harus menunggu truk sampah terlebih dahulu. Warga di RT 05 tetap menyambut dengan baik adanya program tersebut.
Hingga saat ini, proses fermentasi dari POC baru berlangsung selama satu minggu. Adapun pupuk organik cair ini nantinya akan di distribusikan per satu botol kepada seluruh warga di RT 05, RW 22, Desa Cilame. Selagi proses distribusi ini berlangsung, pelaksana KKN juga sekaligus mensosialisasikan cara pembuatan, cara penggunaan, dan manfaat apa saja yang didapatkan dari pembuatan serta penggunaan POC ini. Diharapkan masyarakat memiliki keterampilan untuk mengolah limbah rumah tangga menjadi pupuk organik cair, yang nantinya bisa dimanfaatkan sebagai peluang bisnis, kemudian meningkatkan pengetahuan masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan, masyarakat termotivasi untuk berkebun di lahan rumahnya masing-masing, serta yang paling penting adalah pencemaran lingkungan akibat penumpukan sampah di RT 05, RW 22, Desa Cilame dapat teratasi.

Oleh: Safira Salsabila (21100117140043), Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro